Begitulah kami menunaikan shalat di Mesjidil Haram sebanyak mungkin, mumpung ada di di Kota Mekah, karena shalat di Mesjidil Haram ini pahalanya 100.000 x lipat dibanding dengan shalat di mesjid lain di dunia.
Biasanya kami berangkat ke Mesjidil Haram menjelang Shalat Subuh, dan pulang ke pemondokan setelah shalat Isya dengan berjalan kaki setiap hari. Cari makanan tidak masalah. Di sekeliling Mesjidil Haram banyak restoran dan penjual makanan dari seluruh dunia, termasuk masakan Indonesia.
Sambil menunggu waktu wukuf di Arafah, sebagai Puncak Ibdah Haji, kami melaksanakan ibdah shalat, zikir, baca Al Qur’an, dan berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di sekitar Mekah seperti Mesjid Qiblatain (Mesjid Dua Kiblat), Pasar Kurma, Jabal Nur, Gua Hira, Jabal Rahmah,bahkan sempat ke Jedah dan ke Laut Mati, melihat Mesjid ”Terapung”.
Mengunjungi Pasar Kurma
Salah satu tempat yang ”wajib” dikunjungi oleh para jemaah Haji yang senang belanja adalah Pasar Kurma. Di pasar Kurma ini tersedia berbagai jenis kurma dengan berbagai kualitas dan variasi.
Disamping Kurma segar, dan kurma yang sudah dikeringkan, berbagai jenis makanan yang terbuat dari kurma atau campuran kurma tersedia di pasar ini. Yang menarik adalah para pembuat makanan dari Kurma itu banyak yang berasal dari Indonesia, terutama Jawa Barat. Tentu saja cita-rasanya ada ”sentuhan” Indonesia.
Memang kebanyakan konsumennya adalah jemaah Indonesia yang terkenal suka belanja. Kurma-kurma ini bukan hanya dari Arab Saudi tetapi dari berbagai Negara di Timur Tengah, kecuali Israiel tentu saja. Saya pernah makan Kurma produksi Israel sewaktu saya kuliah di Australia. Di sana dijual segala jenis kurma termasuk dari Israel.
Bukan hanya Kurma, jemaah Indonesia membeli segala macam produk, terutama karpet, sajadah dlsb. Yang lucu adalah, sebagian dari barang yang yang dibeli jemaah Indonesia sebagai oleh-oleh itu sebenarnya produksi Indonesia yang banyak dijual di Pasar Tanah Abang.
Di Pasar Tanah Abang, Jakarta, semua yang dijual di Mekah ada, sehingga bila jemaah kekurangan oleh-oleh untuk para tetangga dan sanak saudaranya di kampung, biasanya mereka membeli ”oleh-oleh” dari Tanah Abang, termasuk Kurma dan Air Zam-zam. Air Zam-zam juga tersedia dalam bentuk kemasan.
Berkunjung ke Mesjid Qiblatain
Mesjid Qiblatain adalah mesjid dengan dua Kiblat. Sebelum turun perintah Allah untuk berpindah Kiblat ke Ka’bah di Mesjidil Haram, kaum Muslimin kiblatnya adalah Mesjid Aqsa di Palestina
Menurut sebuah hadist, perintah pemindahan kiblat itu turun saat shalat fardhu berjamaah, sehingga pada saat shalat itu juga Rasulullah beserta para sahabat langsung menghadap kiblat yag baru, Ka’bah di Mesjidil Haram, Mekah.
Memang di Mesjid ini ada dua buah mimbar yang tetap diprtahankan sampai sekarang. Mimbar yang pertama menghadap ke Mesjid Aqsa di Palestina sedangkan yang lain menghadap keKa’bah di Mekah
Mengunjungi Jabal Rahmah
Salah satu obyek yang jarang dilewatkan dikunjungi oleh para jamaah Haji adalah Jabal Rahmah. Bukit ini dipercaya sebagai tempat bertemunya Nabi Adam AS dengan Siti Hawa setelah terpisah ribuan tahun sejak diperintah Allah untuk meninggalkan surga karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak mendekati apalagi memakan buah pohon khuldi.
Banyak jemaah terutama yang masih agak muda yang naik ke atas bukit, tetapi saya hanya menunggu di bawah. Di sini banyak terdapat onta yang dihiasi dengan hiasan beraneka warna untuk dinaiki sekedar untuk potret bersama onta. Harganya lumayan mahal, karena begitu banyakjemaah yang ingin membuat foto kenang-kenangan di sana
Berkunjung ke Gua Hira
Gua Hira adalah gua dimana Rasulullah SAW sering bermunajat kepada Allah, mengasingkan diri dari keramaian dan keluarga beliau. Sampai suatu malam datanglah Jibril menyuruh Muhammad untuk membaca Ayat-ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan,yaituSuratAlA’laq ayat 1-5:
- Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan
- Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
- Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah
- yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam
- Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya
Sewaktu Jibril menyuruh Muhammad membaca ayat-ayat tersebut tentu saja Muhammad tidak bisa membaca karena dia adalah orang yang buta huruf, tidak bisa membaca sama sekali.
Tapi karena Kuasa Allah, melalui bimbingan Malakat Jibril akhirnya Muhammad dapat membaca, dan ayat tersebut merupakan ayat pertama yang diturunkan, dimana Allah ”memperkenalkan” siapa diri-Nya. Nabi Muhammad SAW saat itu menggigil, pulang ke rumah, bertcerita kepada Chadijah istrinya. Chadijah langsung mempercayai bahwa itu benar dari Allah. Dan sejak saat itu resmilah Muhammad SAW sebagai Nabi, utusan Allah, Rasulullah.
Dan sejak saat itu tugas berdakwah merupakan kegiatan yang utama bagi Rasulullah sampai dengan akhir hayat beliau. Dan ini diabadikan Allah dalam Al Qur’an dalam Surat Al Muzzammil (Orang yang berselimut) ayat 1 s/d 9:
1. Hai orang yang berselimut
2. Bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit darinya,
3. yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,
4. atau lebih dari seperdua. Dan bacalah Al Qur’an dengan tartil
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat
6. Sesungguhnya bangun di waktu malam lebih tepat untuk khusuk dan bacaan di waktu itu lebih berkesan
7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang banyak
8. Sebutlah nama Tuhan-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan’’
9. Dia-lah Tuhan Masrik dan Maghrib, tiada tuhan yang patut disembah selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai Pelindung
Berkunjung ke Laut Merah
Selama di Mekah, sambil menunggu waktu Wukuf, kami banyak waktu yang luang selain ibadah shalat di Mesjidil Haram. Kebetulan kami berkenalan dengan bapak H. Lazwardy, salah seorangg staf dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jedah Kami diajak jalan-jalan ke Jedah, lalu ke Laut Merah, melihat ”Mesjid Terapung” dipinggir Laut Merah. Kami sempat mampir dan makan-makan di rumhanya.
Mengunjungi Jedah
Jedah adalah sebuah kota besar Internasional yang tidak termasuk Tanah Suci. Para jemaah haji pada umumnya mendarat dan lepas landas dari kota ini. Di kota ini terdapat Konsulat Jenderal Republik Indonesia. Karena kami jemaah Jawa Barat dengan angkutan pesawat Arab Saudi untuk gelombang pertama, kami langsung mendarat di Madinah, sedangkan jemaah yang diangkut oleh Garuda seperti jemaah DKI, mereka mendarat di Kota Jedah ini, sehingga untuk ke Kota Medinah, mereka harus menempuh perjalanan dengan bus, yang cukup jauh ke Madinah atau Mekah.
Wukuf di Arafah
Ada sekitar 20hari kami di Mekah sejak datang dari Madinah, sebelum tiba waktu Wukuf di Arafah. Sehari sebelum waktu wukuf, para jamaah sudah bersiap-siap. Untuk pergi ke Arafah sudah disiapkan bus-bus pengangkut jamaah dengan sistem Shuttle. Begitu banyaknya bus dan jamaah yang jalan kaki, maka jalan menjadi sangat macet, sehingga jarak yang sebenaranya dekat, terpaksa ditempuh beberapa jam. Kami langsung menempati kemah yang telah disediakan sesuai dengan Negara, kloter, dan rombongan. Setiap kemah dapat menampung sekitar 20-30 jamaah.
Wukuf dimulai sejak selesai shalat Zuhur dan Ashar yang dilaksanakan secara jamak (gabung shalat Zuhur dan Ashar). Selesai shalat, ada khutbah Arafah. Khutbah wukuf di Arafah ini dilaksanakan di kemah masing-masing selama kurang lebih satu jam. Setelah khutbah, kami hanya berzikir dan berdo’a. Saat itu merupakan salah satu saat yang paling baik untuk berdo’a. Insya-Allah do’a do’akita yang tulus akan diterima dan dikabulkan oleh Allah SWT.
Mabit di Musdalifah
Setelah shalat Magrib dan Isya yang dilaksanakan secara jama’, jamaah mulai meninggalkan Arafah menuju Musdalifah dan mabit (berdiam) di sana beberapa jam. Di Musdalifah, kami mencari batu untuk melempar Jumrah keesokan harinya.Kami shalat Subuh di Musdalifah. Dari Musdalifah ini kami kembali naik buz sistem shuttle menuju ke. Mina untuk melempar Jumrah. Kami sampai di Kemah sekitar jam 8.00 pagi.Hari pertama itu hanya melempar jumrah Aqobah saja
Melempar Jumroh
Berdasarkan hadist, waktu yang paling afdol untuk melempar Jumrah adalah sebelum shalat Zuhur. Selama ini, waktu tersebut sangat tidak dianjurkan bagi jamaah Indonesia dan jamaah Asia Tenggara yang bertubuh kecil-kecil, karena biasanya jamaah dari Negara lain seperti Afrika, dan Turky melakukan lempar jumrah pada waktu paling afdol tersebut.
Namun karena waktu itu kami mendapat informasi dari pembimbing Haji, bahwa seluruh Negara Anggota Konferensi Islam (OKI) telah sepakat, bahwa untuk tahun itu, waktu yang sangat afdol itu diberikan pada jamaah Asia Tenggara, sehingga kami ramai ramai langsung melaksanakan melempar jumrah pada waktu afdhol tersebut.
Tetapi kenyataannya lain, parajamaah dari Negara-negara lain yang badannya besar-besar dan tinggi itu tetap melempar jumrah pada waktu yang sama. Akibatnya bisa dibayangkan, jamaah tumpah ruah tak terkendali. Maka terjadilah musibah itu, ratusan jamaah meninggal dunia terinjak-injak.
Gagal Melempar Jumrah pada Percobaan Pertama
Saat itu saya bersama dua jamaah lainnyamencoba melempar Jumrah Aqobah, tetapi kami tidakberhasil. Setiap kali kami mau mendekat ke Jumrah Aqobah, langsung terlempar keluar, Waktu itu sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Saya befikir, susah amat ya melempar jumrah ini.
Singkat cerita, karena tidak berhasil, kami putuskan untuk kembali ke kemah dan akan melempar jumrah setelah shalat Ashar. Saya kirim sms ke anak-anak di Indonesia, bahwa saya gagal melempar jumrah. Saya dapat informasi dari keluarga bahwa ada insiden, banyak jamaah yang wafat karena lemas terinjak-injak saat melempar jumrah. Kami sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Pantas saja tadi kami tak bisa mendekat ke lokasi melontar jumroh.
Sore setelah shalat Ashar saya bersama dua jamaah berangkat lagi dari kemah untuk melempar jumrah. Sebelum sampai, saya tak kuat mempertahankan kecepatan jalanku, dan tertinggal. Saya berdo’a kepada Allhh, agar dimudahkan oleh Allah.
Melempar Jumrah bersama Jamaah Sulawesi Selatan
Tak lama kemudian lewatlah rombongan jamaah dari Sulawesi Selatan. Saya segera memutuskan untuk bergabung dengan mereka, saya langsung mengikuti mereka dari belakang. Tak lama kemudian ada seorang jamaah dari Medan yang juga bergabung dengan kami.
Begitu sampai ke jembatan untuk melempar jumrah, ternyata mereka mau melempar dari bagian atas. Perlu diketahui bahwa untuk melempar jumrah bisa dari lantai bawah, atau lantai atas. Ternyata kami sangat mudah melempar jumrah kali ini. Dalam waktu kurang dari 10 menit, selesailah sudah semuanya. .
Alhamdulillah malam itu saya sudah boleh melepaskan pakaian Ihram dan tidur dengan pakaian biasa. Sebenarnya tidur dengan pakaian Ihram kurang nyaman, karena dengan berpakain hanya dua helai kain tanpa jahitan, tanpa memakai celana dalam, gimana gitu rasanya.
Keesokan harinya kami melempar jumrah lagi, yaitui 3 jumrah sekali gus. Setelah Jumrah Aqobah, lalu Junrah Ula dan Jumroh Usta. Melempar jumrah ini merupakan lambang kita melempat syaitan yang selalu berusaha menggoda dan menyesatkan manusia.
Tawaf dan Sai Lagi
Setelah kami kembali ke Mekah, kami melakukan Tawaf dan Sa’i lagi seperti saat kami melakukan Umrah. Setelah selesai Sa’i, saya cukur rambut sampai polontos di tukang cukur sekitar Mesjidil Haram, padahal sesungguhnya cukup dipotong sebagian saja. Ini yang disebut Tahalul. Selesailah sudah ritual Ibadah Haji kami dan kami berhak menyandang gelar ”Haji”.
Sambil menunggu waktu pulang, kami dapat melakukan Tawaf sunah berkali-kali. Sehari sebelum meninggalkan Kota Suci Mekah, melalui Jedah, kami melaksankan Tawaf Wada atau Tawaf Perpisahan.
Menyembelih Qurban
Setiap jemaah Indonesia pasti dan harus menyembelih Qurban berupa kambing sebagai dam (denda) karena kita bukan penduduk Mekah. Penyembelihan kambing bisa dititipkan pada petugas di sana baik disaksikan sendiri oleh para jemaah maupun dipercayakanbegitu saja kepada para petugasnya. Kami sempat mendatangi tempat penyembelihan Qurban tersebut dan langsung menyaksikan penyembelihan hewan Qurban.
Di tanah air, seperti tahun 2010 ini, kita yang tidak sedang menunaikan ibadah Haji sangat dianjurkan (sunah muakad) untuk ber-qurban, yaitu menyembelih ternak. Ternak kambing atau biri-biri untuk qurban satu orang, Bila qurban berupa sapi atau kerbau, dapat untuk qurban 7 (tujuh) orang.
Allah berfirman: ”Sesungguhnya Kami telah memberi kamu nikmat yang banyak,maka dirikalah shalat dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (Al Kausar 1-3). Penyembelihan hewan qurban bila sanggup disembelih dengan tangan sendiri, tapi bila tidak sebaiknya kita saksikan saat orang menyembelihnya. Waktu penyembelihan dimulai setelah shalat Idul Adha, dan masih dapat dilakukan 3 (tiga) hari setelah itu yang disebut hari Tasyrik (9 s/d 12 Zulhijah).
Kembalike Indonesia
Setelah selesai melempar jumrah, sorenya kami langsung pulang ke pemondokan di kota Mekah.Tiga hari kemudian Kloter kami sudah harus kembali ke Indonesia.
Dengan bus kami diangkut ke Kota Jedah, di sana bermalam lagi satu malam, sebelum diangkutke Airport. Di asrama Jedah, kami sempat menonton siaran TV Indosiar yang dapat ditangkap di sana. Kami berangkat tengah malam tanggal 10 Februari 2004, dan sampai ke Cengkareng 7 jam kemudian.
Epilog
Demikianlah pengalaman perjalanan Haji penulis yang sudah dijalankan enam tahun yang lalu, tapi masih relevan disampaikan sekarang. Dari tiga rangkaian reportase Haji ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.1. Ibadah Haji adalah Rukun Islam ke-5, yang wajib ditunaikan oleh orang yang mampu, baik dari biaya, kesehatan maupun persyaratan lainnya.
2.2. Kalau sudah mampu, segera daftar, jangan tunda-tunda niat anda. Kita tidak pernah tahu umur kita. Seseorang yang mampu dari segi materi dan kesehatan dan persyararatan lain yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama, tetapi tidak mau berangkat Haji, lalu meninggal sebelum ber-haji, maka matinya adalah mati Majusi atau Nasrani. A’uzubillah min zalik.
3. 3. Biaya Haji harus benar-benar halal, bukan hasil korupsi atau uang tak halal lainnya. Haji seperti itu tidak akan diterima oleh Allah. Percuma, kecuali hanya untuk mendapatkan status Haji/ Hajah, yang banyak dilakukan oleh calon Gubernur/ Bupati/ Walikota/ Aanggota DPR/ DPRD sekedar untuk menaikkan popularitas dan perolehan suara.
4. Haji cukup sekali seumur hidup sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bila anda punya uang banyak, dapat menjalankan Umrah saja. Umrah di bulan Ramadhan, pahalanya sama dengan ibadah Haji. Beri kesempatan kepada orang lain untuk menunaikan Ibadah Haji, yang antriannya semakin tahun semakin panjang. Atau gunakan untuk membantu fakir miskin dan anak yatim yang insya Allah pahalanya tidak kalah dengan ibadah Haji atau Umrah.
Semoga ada manfaatnya.
Selamat Hari Raya Idul Adha
Selamat ber-qurban
Bagi jamaah haji, semoga mendapat haji/ hajah yang mabrur
Amin ya Robbal a’lamin
Depok, 16 November 2010
Bakaruddin Is
Baca Juga Bagian Pertama dan Kedua:
1.Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Biaya Sendiri Tanpa Korupsi: Bagian Pertama
2.Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Biaya Sendiri Tanpa Korupsi: Bagian Kedua