Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Defisit Petani dan Pergeseran Budaya Masyarakat Agraris

9 Mei 2016   15:43 Diperbarui: 9 Mei 2016   17:48 121 1
Siapa yang tidak rindu dengan hamparan hijau tertiup semerbak wangi khas dengan sejuknya udara, diselingi nyanyian alam antara burung-burung dan daun kelapa yang bergesekan membentuk symponi nan indah membuai telinga. Tatkala sudah waktunya untuk menuai hasil, terlihat senyum-senyum bahagia merekah, tak jarang juga senyum kecewa mengingat perjuangan dari awal namun akhirnya, hasil tidak seperti yang diharapkan. Begitulah kehidupan petani di kampung, tanpa mimpi-mimpi besar, hanya berharap setiap kali panen mendapatkan hasil yang cukup untuk kehidupan mereka 4 bulan ke depan, sementara menunggu panen selanjutnya. Akan tetapi terkadang senyum pahit itu kerap menghampiri, modal pembiayaan jangka sekali tanam bisa saja tidak balik, lalu kerugian melemahkan semangat mereka apakah harus terus bergelut dengan tanah yang tak menguntungkan itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun