Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Otak Mengendap, Pikiran Terbalik

2 April 2013   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:52 699 2
Otak manusia pada prinsipnya tidak bisa diukur batasan kemampuannya dalam merekam, mengingat maupun mengolah informasi sepanjang masih tersambung dengan energi dasar kecerdasan. Energi dasar kecerdasan itulah yang membentuk kecerdasan otak baik mengingat maupun merekam seluruh angka yang dihafalkan manusia sehingga kerja otak pada prinsipnya bergantung pada energi pendorongnya yakni kemampuan akal, atau energi potensial dalam diri manusia. Ada yang mengistilahkan energi ini sebagai bagian dari energi tuhan ada juga yang mengistilahkannya sebagai potensi dasar manusia kedunya masing-masing punya dasar.

Otak sebagai material dalam diri manusia berbeda jauh dengan strong pendorong yang membentuk kecerdasan manusia, dia sifatnya non material, sulit di ukur atau dibatasi secara material namun dia tak terpisahkan dengan materi. Zat ini biasa diistilahkan juga dengan energi, seluruh komponen yang bergerak dalam diri manusia pada prinsipnya adalah kecerdasan karena semua bergerak berdasarkan hasrat, ransangan dan kehendak akal manusia. Jika salah satu komponen tidak diperintahkan oleh otak untuk bergerak sebagai pemberi perintah maka dia akan mati tanpa gerak. Dari sini ditemukan pada dasarnya semua komponen tubuh manusia digerakkan oleh kecerdasan diri namun jika ditelusuri lebih jauh ternyata seluruh kecerdasan tersebut terbentuk dari proses integrasi antara zat yang non material menyatu dengan tubuh.


Dalam kajian filsafat zat dasar pembentuk kecerdasan manusia sebagaimana pandangan tokoh filosof Yunani Plato mengsitilahkan ini dengan jiwa yang menyatu dengan tubuh manusia. Saat jiwa menyatu dengan diri manusia kemampuan jiwa ini yang sebelumnya menyatu dengan zat utama kemudian beralih ke tubuh, jiwa akhirnya menjadi lemah dan tak berdaya sehingga fungsi-fungsinya menjadi terbatas dalam tubuh manusia. Tubuh manusia adalah penyakit bagi kecerdasan jiwa yang luar biasa sehingga proses mengolah jiwa manusia harus melakukan proses filosofis, intuisi dan meditasi agar kemampuan dasar manusia kembali bisa diingat saat masih menjadi jiwa yang terbebas dari tubuh.

Jiwa sebagai subtansi zat dasar kecerdasan berubah saat masuk ke dalam tubuh yang membuatnya lupa seluruh ingatan pengetahuannya. Kondisi jiwa yang cerdas tersebut akhirnya bergantung pada tubuh dan kemampuan mengolah diri sang manusia menuju ke kesadan mulanya sejak dia berada dalam alam azliyah. Kenapa tubuh menjadi batas kecerdasan manusia? karena tubuh adalah zat material, zat yang sangat terbatas membuat seluruh komponen di dalamnya harus menjalani keterbatasan. Berbeda dengan jiwa, dia tak terbatas oleh ruang, waktu sehingga mampu menembus hakikat dasar seluruh pengetahua yang ada. Bedanya saat jiwa menyatu dengan tubuh kesadaran diri menjadi lemah, lambat dan bahkan sulit bisa mengingat secara jernih. Tubuh tidak akan mungkin mampun menguasai pengetahuan jiwa secara baik atau membangkitkannya sebab bentuk keterbatasan sulit diterobos secara utuh. Inilah konsekwensi menjadi manusia.

Memori Kecerdasan

Aktivitas manusia menjadi sangat menentukan dalam meransang, membangkitkan kembali kecerdasannya membentuk sebuah pengetahuan raksasa 'super power multiple intellegence'. Seluruh aktivitas manusia akan menjadi rekaman bagi kecerdasan, yang membentuk mental dan kesadaran manusia secara personal. Tidak ada manusia yang bisa melupakan kejadian masa lalu begitu saja bahkan ada ingatan tentang kejadian masa lalu bisa terbawa sampai mati, tergantung kejadian apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, jika kejadian itu sangat urgen bagi diri baik putus cinta, dihina, kalah, maupun kegembiraan lainnya akan sangat muda diingat kembali.

Ada juga peritiwa-peristiwa biasa tidak bisa diingat sepenuhnya bahkan kadang ada yang sulit bisa mengingatnya lagi, apalagi jika itu tidak penting.Namun, demikian tetap segala kenyataan yang kita saksikan saat menyaksikannnya tidak penting, namun adanya momentum yang mengingatkannya semua kenangan itu bisa kembali diputar dan diingat secara jernih. Peristiwa-peristiwa hidup yang sederhana bahkan tidak penting akan bisa diingat kembali meski sebenarnya bukan hal yang dibutuhkan apalagi penting hanya dibutuhkan ransangan eksternal atas kemampuan meningat tersebut. Tidak salah jika seseorang yang lupa ingatan upaya penyembuhan penyakitnya dilakukan lewat mengajak pada ingatan masa lalunya, baik baju, kenangan terindahnya maupun peristiwa-peristiwa penting berkaitan dirinya. Upaya ransangan tersebut akan membentuk ingatan sedikit demi sedikit sampai rangkaian ingatan itu membetuk sebuah kronologi kompleks disinilah terjadi kesembuhan awal penyakit 'amnesia'.

Keserdasan daya ingat manusia memang sanga ampuh dan luar biasa bahkan jika ditelusuri komputer tercanggih di dunia tidak akan bisa mengalahkan daya ingat manusia dengan kemampuannya sebab manusia memiliki energi perensang kecerdasan yang tak terbatas sementara kemputer hanya menggunakan listrik sebagai energi dan format data di dalamnya semua sudah ada batas kapasitanya. Meski demikian manusia bisa jadi tidak bisa langsung diposi lebih baik dari komputer canggih daya ingatnya sebab semua proses mengingat, kecerdasan melalui proses mengasah dan menjiwai kehidupan. Kapan proses mengasah kecerdasan lewat meditasi, intuisi, pengamatan, analisis dan kekuatan filosofis ditata maka sulit bisa menyaingi kemampuan komputer meski pada dasarnya manusia lebih cerdas dari komputer tersebut.

Potensi manusia sepenuhnya perlu diasah dengan maksimal dan baik, serta prosesnya jangan menjauhkan diri dari logika pencerahan. Jika Intuisi menata rasa, pendalam dan penjiwaan kecerdasan manusia sehingga proses memanusia adalah proses merasa akan terbentuk secara baik jika terus dilakukan. Perenungan akan menambah ransangan ingatan manusia lebih kompleks bahkan ini menjadi sebuah proses membentuk dan menajamkan sinar kecerdasan dalam diri manusia. Sementara pengamatan, melatih otak dan penglihatan melakukan klasifikasi dan penggolongan fakta yang disaksikan, itu terbentuk dengan sendirinya dengan terus mematangkan pengamatan diri manusia.

Amat disayangkan jika kemampuan manusia kemudian salah dipahami sehingga proses membentuk kecerdasan dengan belajar justru bisa jadi membekukan mental kecerdasan manusia. Kecerdasan sebagai bagian dari cahaya hati manusia beriman, jika dia disinari dengan cahaya negatif akan buram dan sinarnya berkabut, membuat pandangan terbatas dan sempit.

Yang memperngaruhi redupnya kecerdasan tersebut bisa jadi adalah persepsi negatif, pandangan hidup maupun niat menjalani kehidupan yang tidak dilandasi ketulusan bergaul. Manusia yang tidak punya pandangan positif tentang pergaulan semua pandangan negatif yang muncul, pada sisi lain pnadangan ini ikut membentuk mental, kecerdasan dan meredupkan kemampuan diri manusia. Seseorang yang bersahabat dengan kepentingan tertentu tanpa didasari niat baik semua proses persahabatannya akan retak dan tak menghasilkan nilai positif bagi jiwa dan kecerdasan justru sebaliknya mengkerangkeng manusia menjadi tidak cerdas.

Niat dalam kehidupan sangat berpengaruh pada optimisme kehidupan serta posimisme, tergantung niatnya baik atau negatif. jika negatif maka penampakannya akan terasa dalam beban mental menjadi negatif tetapi jika dia optimis atau baik akan berdampak positif terbentuknya semangat lebih baik. Jadi kepura-puraan pada intinya nanti akan berdampak sendiri pada subjek maupun semua pelaku kehidupan sebab ini sekaligus langsung masuk ke dalam benak menjadi tanda hitam diri.

Seseorang yang niatnya negatif dalam persahabatan otaknya akan mengendap. Jika dia bergaul hanya kepentingan sesaat itu akan berputar disitu dan semua kepentingannya saja yang nampak. Dia akan muda lupa pada informasi yang diberikan sehingga salah tangkap informasi yang sebelumnya dia pahami betul ini informasinya, namun karena perasaan cuek, acuh dan tidak penting akan membuat semua itu dia lupakan. Informasi a bisa menjadi b, karena gagal menjiwai sebuah informasi secara tulus. padahal dari awal dia sudah pahami dasar informasinya namun karena mengendap lama dalam pikiran negatif atau niat negatif apalgi ditambah dengan banyaknya aktivitas silih berganti waktu semua informasi itu akan berubah bentuk dan warnanya. Informasi a yang dia pahami silih perubahan waktu justru dia pahami menjadi b, inilah kenapa buruknya membangun pikiran negatif dan niat negatif karena semua itu mengubur kecerdasan manusia.

Rumah Gerakan, Bogor, 02.04.2013,09.11

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun