Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Penguatan Gerakan dan Tradisi Intelektualitas Mahasiswa dalam Merespon Dinamika Sosial Politik di Nusantara

1 Maret 2013   10:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:29 787 2
Organisasi kepemudaan baik HMI, PMII, IMM maupun GMNI, LMND dan KNPI kini tidak memperlihatkan tajinya dalam merespon isu-isu kebangsaan, padahal lembaga kepemudaan landasan dasar berdiri serta visi misinya dominan perjuangan kebangsaan demi menjaga kesatuan, proses demokratisasi yang sehat agar terhindar dari segala bencana politik. Kondisi ini menunjukkan kemunduran yang sangat luar biasa dari proses sejarah gerakan mahasiswa di nusantara sejak berdirinya Boedi Oetomo, kemerdekaan 45 sampai babak kelahiran reformasi semuanya menunjukkan eksistensi mahasiswa seabagai power penggerak sejarah.

Isu perubahan yang didorong oleh aktivis pergerakan kemahasiswaan selalu buming selama ini, mulai runtuhnya rezim penjajah, kejatuhan Soekarno sampai terjadinya reformasi. Bumingnya gerakan mahasiswa selama ini ditandai kemunculan isu bersama, kesadaran gress root pergerakan, adanya panutan, ide-ide yang dikembangkan cukup efektif karena memiliki kualitas dan bobot yang memadai sehingga publik tidak meragukannya, apalagi jika ada momentum krisis politik nasional.

Ketokohan Amien Rais pada masa keruntuhan rezim Soeharto dan tokoh-tokoh aktivis lainnya yang tidak banyak terekam dalam sejarah nusantara cukup efektif mengikat seluruh simpul elemen mahasiswa, baik karena Amien termasuk tokoh bersih, berpendidikan, pro demokrasi dan anti terhadap neo liberalisme termasuk bentuk kekerasan militer terhadap sipil. Disisi lain terjadi momentum keruntuhan ekonomi bangsa yang menyebabkan harga kebutuhan pokok terganggu, militerisme yang sewenang-wenang membuat isu menjadi buming dan mengakar pada bukti lengkap. Sementara kerapuhan internal kekuasaan ditandai mundurnya 14 menteri yang banyak dikonsoli dari politisi Golongan Karya Akbar Tanjung sendiri.

Isu, sistem, tokoh dan kerapuhan nasional menjadi satu kesatuan mengantar gerakan mahasiswa semakin menarik bagi semua kalangan bahkan tidak ada riak-riak yang bisa menghalangi secara resisten dari kalangan sipil atas gerakan mahasiswa tersebut. Jika ada yang anti terhadap gerakan mahasiswa dari akar sipil maka itu lebih dominan merupakan rekayasa rezim berkuasa. Perubahan dari orde lama menjadi orde reformasi akhirnya tercipta dengan mundurnya Soeharto lewat pidatonya dan menyerahkan kepemimpinan nasional kepada Bj. Habibie.

Kemana Kiprah Elemen Mahasiswa Saat Ini?

Mahasiswa yang selalu di juluki agen perubahan, agend of change,kontrol sosial social of control, menjadi tauladanmoral of force perlahan tapi pasti mulai luntur, gerakan mahasiswa mulai mendapat sorotan baik karena banyaknya kasus anarkisme gerakan mahasiswa maupun terjadinya kegagalan melakukan konsolidasi gerakan bersama demi mengawal isu perubahan. Sebagai contoh situasi politik nasional saat ini isu terjadinya konstalasi baik di partai demokrat maupun kasus bocornya Sprindik AU di KPK termasuk maraknya kejahatan politik para politisi di sektor publik tidak menjadi perhatian gerakan mahasiswa. Mahasiswa seakan tenggelam dalam arus pusaran politik nasional karena tergabung dalam elemen sosial yang sepenuhnya belum mengantarkannya pada arah perubahan jelas bagi negeri ini.

Tambang, penembakan, kasus korupsi semuanya menunjukkan kejahatan nasional yang sesunguhnya sulit dimaafkan. Jika mahasiswa tidak bergerak artinya hanya diam menonton atau ikut ambil bagian dalam kejahatan tersebut. Ini menjadi pertanyaan penting untuk dijawab sebab kondisi sosial ini sudah semakin rapuh dan melemahkan posisi bangsa pada konteks internasional maupun melemahkan sipil society dalam pengambilan kebijakan negara untuk melindungi kepentingan nasional.  Intinya peran mahasiswa hampir sepenuhnya sudah hilang di negeri ini selain hanya memposisikan diri membela A dan B tapi lupa pada kepentingan jauh lebih besar.

Runtuhnya objektifvisma dan sikap kritis mahasiswa saat ini ditandai runtuhnya semangat diskusi strategis di forum-forum internal lembaga tersebut baik di forum kongres maupun pleno serta forum pengambilan kebijakan strategis lainnya. Forum-forum strategis justru terbawa arus isu utama politik nasional yang sesungguhnya tidak berbobot dan membuat visi dan rekayasa gerakan mahasiswa semakin senyi dan senyap dari pusaran sejarah.

Forum strategis saat ini lebih banyak hanya sekedar ngumpul, adu fisik, adu politik dan aduk-aduk saja. Forum-forum kongres dan pleno yang seharunya ruang implemntasi diskusi serius, objektif dan kritis terhadap bangsa khususnya yang terjadi saat ini justru hanya sekedar ngumpul-ngumpul saja, acara diskusi menjadi acara curhat-curhatan, ketemu teman lama dari seluruh tanah air padahal ini sudah mendiskreditkan track tecord mahasiswa. Forum dengan pola seperti itu tak lebih hanya sekedar ngumpul saja sebab tak ada perumusan strategis, tak ada diskusi objektif yang bisa mengantarkan seluruh aktivis kemahasiswaan menjadi berfikir objektif bukan emosional dan subjektif atas sebuah kasus. Dampaknya jelas hilangnya sikap kritis yang berkualitas dari aktivis mahasiswa.

Kemudian forum diskusi hanya menjadi ajang konsolidasi politik sebab kepentingan mahasiswa sudah terseret oleh kepentingan elit, mau tidak mau seluruh adu gagasan hanya akan merebut kepentingan kelompoknya. Bagaimana sebuah forum dimenangkan dengan mendorong kepentingan daris etiap faksi dari aktivis pergerakan mahasiswa, ini membuat lemahnya konsoliadasi ide bersama selain kepentingan sesat, yakni politik yang menungganginya. Isu yang berkembang di internal akhirnya hanya akan terjebak pada konflik yang tidak sehat bukan kinflik gagasan perubahan.

Dulu aktivis mahasiswa akan merasa malu jika gagasannya tidak berkualitas dan tidak mampu dipertanggungjawabkan dihadapan publik sekarang berbeda justru bukan gagasan yang menjadi penting, tapi arus politik yang melingkarinya sehingga kemerdekaan berekspresi sudah kehilangan ruhnya dalam ranah pemikiran mahasisa itu sendiri.

Bias lain dari adu politik itu yang kalah mengamuk, yang menang gembira maka terjadilah yang namanya adu pisik. Ujung-ujungnya adalah saling menjatuhkan dan menghilangkan legitimasi sehingga konflik pisik tak bisa dihindarkan sebab budaya seret-menyeret dalam pemikiran diimplementasikan menjadi seret-seretan.

Kondisi ini membuat kualitas gerakan mahasiswa akan semakin kehilangan arah, kehilangan momentum straegis sebab semua proses internal dan eksternal geraqkannya adalah upaya melumpuhkan kemandiriannya secara politik yang pada akhirnya terjebak sendiri dalam bentuk pemenhjaraan kebebasannya. Kebebasan ditandai oleh kualitas dan independensi, jika kualitas dalam forum-forum strategis tidak ada maka otomatis independensi akan ikut terpengaruh sebab kesadaran yang baiklah yang akan menyadarkan seseorang membangun independensi gerakan. Tentu ini akan membuat seluruh rekayasa gerakan menjadi runtuh dan rapuh dalam konteks nasional maupun regional lainnya.

Menata Arah Gerakan Mahasiswa

Organisasi kemasiswaan yang selalu diidentikkan dengan organisasi perkaderan dan perjuangan tentu saja akan berusaha menjadikan forumnya melahirkan rumusan objektif, strategis dan berorientasi kemasadepanan sehingga semua proses di dalamnya bernilai pendidikan berkarakter dan bermuatan ideologis yang turut membentuk generasi tercerahkan kata Ali Syariati 'Rauzan Fikyr''Rauzan Fikyr' dalam hal ini didefinisikan sebagai intelektual yang sudah masuk pada pase kesadaran yang integratif, kesdaran sosial, kesadaran teologis yang kemudian membentuk formasi kesadaran bersinergis menciptakan perubahan secara meneyeluruh pada ranah sosial semua berawal dari diri, kelompok kemudian masuk mempengaruhi sistem sosial secara baik kemudian terciptalah perubahan sosial.

Organisasi kemahasiswaan sebagai lembaga yang menganut sistem perkaderan baik proses rekrutmen maupun pada proses sosial, menempatkan semua proses tersebut dalam ranah diskursus dan pelatihan diri. Ranah diskursusu ini akan menempatkan mahasiswa dalam tahapan belajar bahwa semua proses yang dilakukan harus menempatkan diri pada kualitas sehingga argumentasi yang diutarakan mengedepankan logika kualitas dari pada normatif semata. Kualitas ini terbentuk dengan sendirinya karena seluruh proses dimaknai sebagai konsolidasi perkaderan, penguatan gagasan terus terjadi dengan penguatan data, informasi dan diskusi sehingga nampak seluruh gerakan nilau bobot yang sedemikian baik yang konstruktif.

Sementara organisasi mahasiswa sebagai lembaga yang menempatkan dirinya sebagai pejuang sosial menjadikan semua prosesnya upaya menata bangsa sebagai tanggungjawab sosial yang diembannya. Penataan bangsa ini terjadi dengan adanya konsolidasi gerakan bersama untuk melakukan counter terhadap situasi yang merugikan kepentingan nasional dan sipil society. Kerugian itu terjadi dengan adanya tindakan korup elit, pengusaan lahan emas oleh pengusaha asing tanpa melihat kepentingan rakyat, kebijakan yang merusak kepentingan publik lainnya.

Semua konsolidasi dilakukan untuk menata dan melawan semua kejahatan yang merusak kesatuan dan keutuhan bangsa secara baik. Proses konsolidasi tersebut melibatkan aktor sebagai pelaku dan sistem sebagai perangkat serta kualitas yang didorong. Aktor sebagai aikon penggerakan simpul sistemik merupakan tokoh-tokoh inti dalam pergerakan mahasiswa yang terbentuk dari proses uji sosial, kualitad=s dan pemihakannya pada publik. Sementara sistem menjadi kekuatan simpul penggerak dengan adanya bentuik lembaga dan kerja-kerja sistemik yang utuh dan menyeluruh.

Pembentukan sistem akan terpengeruh oleh aktor dan kultur. Aktor dibentuk dari proses sosial dimaksudkan uji mentalnya telah terbiasa dalam ranah sosial sementara kulitasnya terbentuk dari proses perkaderan baik kuatnya bacaan, kuatnya data membentuk kapasitas mumpuni sehingga gagasannya menjadin energi perekat apalagi jika ada kultur yang melegitimasi semua akan terbentuk secara baik.

Dengan adanya aktor, kultur dan semangat perjuangan seluruh elemen gerakan mahasiswa dapat bersatu untuk melakukan perlwanan terhadap pengabaian atas kepentingan sipil dari para pemangku kebijakan termasuk kepentingan asing yeng menyeret bangsa ini dalam kuasanya. Mahasiswa akan kembali bergairah pada konteks pergerakan dan arah perubahan nasional akan tertata dalam roadmapnya maupun master plannya sebab sudah ada kekuatan ide dan tokoh.

Rawa Bambu, Jakarta 01 Maret 2013, Pukul 17.21

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun