Ini hanya persepsi saja dari ulasan berbagai pengalaman yang pernah dilihat oleh mata, pengalamanlah yang mengajarkan kita pada kebenaran, pengalamanlah yang mengajarkan kita akan kebaikan. Memang pengalaman tidak semuanya akan dinampakkan karena tidak semua hal bisa menjadi pengalaman seseorang namun sedikit banyak pengalaman mengajarkan fakta dan realitas sesugguhnya sehingga kita menjadi lebih arif melihat masalah, tidak sekedar memutuskan namun memiliki pandangan yang lebih objektif dan solutif.
Pengalaman soal sorga mungkin sebagian orang tidak bisa menjalaninya, namun secara tidak langsung maupun langsung banyak wali yang pernah melakukan perjalanan menuju sorga atau dapat menyaksikan sorga secara spiritualis bahkan terkadang ada orang yang dianugerahi oleh Allah soal kehidupan mulia dengan sengaja menjumpai dirinya dalam sorga, itulah proses hidup. ada pengalaman secara empirik namun ada juga secara spiritual, keduanya sama-sama pengalaman tetapi yang inti adalah mengantarkan seseorsang lebih menyadari kehidupannya.
Memang tidak semua manusia mengalami proses dan perjalanan batin untuk sampai pada sorga, namun kehidupannya akan banyak terlapisi dengan makna yang lebih kompleks atas sorga atas petuah banyak kalangan. Namun, bedanya pengalaman yang diceritakan akan sangat berbeda bagi orang yang menceritakan dari pada mengetahuinya lewat cerita semata. Pengalaman bukan cerita namun fakta yang buming, membuat hidup menjalaninya secara utuh dan lebih terjiwai maknanya.
Mendidik manusia dan diri dengan pengalaman akan memahami teori yang diajarkan melalui pengalamannya, dia memahami teori dengan kekuatan pengalaman secara otomatis akan terbentuk sebuah kekuatan dirinya menangkap teori lebih dalam dan bertahan. Teorinya akan lebih dinamis dan manusiawi, sebab diukur dari proses pembenaran faktual, berbeda dengan orang yang hanya membaca teori tanpa proses pengalaman yang lebih komplek.
1. Teori+Praktek= Pengatahuan Kompleks
2. Teori -Praktek=Pengetahuan Parsial
3. Praktek --teori =Pengetahuan Anarkis
Hukum besi kehidupan adalah kehancuran sebuah teori, namun semua pengalaman akan membantuk teori baru sehingga proses lahirnya pengetahuan baru selalu lahir dari interaksi faktual dan empirisme, tanpa mengecualikan proses spiritualitas. Kita bisa menemukan benturan pemikiran dari berbagai tokoh pemikir dunia, melalui proses uji coba terus menerus bahkan ada sampai ribuan kali baru menemukan kebenaran. Orang bisa salah seribu kali namun untuk benar hanya dibutuhkan sekali, proses salah itu adalah proses mengasah kemampuan sampai matang kemudian menemukan pengetahuanm baru.
Teori tersebut lahir dari ujian berat sehingga dia bukan sepenuhnya teoritik tetapi merupakan proses mendalami kenyataan. Seorang penemu berbeda dengan seorang sosialis kalau penemu menemukan kebenaran di laboratorium sementara sosialis dan praktisi menemukan kebenaran pada proses sosial. Yang pertamka menemukan fakta dan yang kedua menemukan kebanaran dan menjalaninya. Pengalaman membuat manusia berbicara berdasar rasa, akal dan hati sehingga karya pikirnya menjadi terjiwa dan bergisi bahkan tidak melepaskan nilai dasar kemanusiaan di dalamnya.
Rwb, 08/04/2013,00.25