Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Air, Angin, dan Mentari

17 Desember 2009   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54 50 0
Air di laut melihat bibir pantai, gersang. Nalurinya sebagai air ingin menghidupinya
berlari ia sebagai ombak, namun upayanya hanya meninggalkan jejak
berupa pasir terhampar

kotor garam didirinya membuat tanaman mati, ketergesaannya membuat karang runtuh
menjadi pasir terhampar, dan dirinya menjadi buih sirna dibibir pantai
tiada lelah dia berusaha

sampai datang angin, membawa embunnya sedikit jauh ke darat
tapi kotor garam masih melekat padanya, membuat tanaman layu
petani tampak pilu, atas sia-sianya usaha

sampai datang panas mentari, berkata
"hancurkan egomu, meleburlah dengan angin, sempurna.
tinggalkan garam duniamu, maka sampailah kau pada tujuanmu"
menjadi uaplah air, dan angin membawanya melintas melewati lembah
sebagian darinya jatuh di lembah, namun petani bergembira atas jatuhnya air kehidupan
sebagian dirinya dibawa angin sampai puncak mahameru dan berjaga dia disana,
luruh saat bumi haus. sakitkah air, sepertinya tidak,
dia berbangga bahwa dia telah menjadi sesuatu, yang pada dasarnya merupakan fitrahnya
AIR SUMBER HIDUP

akankah kita seperti air
Menjadi Sumber Hidup bagi yang lain
dengan menghancurkan keakuan kita?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun