Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Topeng Monyet

10 Oktober 2010   03:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:34 228 0

Bila selama ini kita terbiasa dengan atraksi si minah pergi ke pasar, membawa sayuran dan menjemba payung kusam hanya di kampung kumuh. Sekarang si minah malah merambah sampai ke pusat wisata Kuta. Si minah adalah monyet piawai memperagakan aneka perintah, dia bintang utama dalam pertunjukan topeng monyet arahan Bejo, 35 tahun pria asal Malang Jatim ini. Dia sudah 10 tahun berkeliling nusantara untuk mencari rejeki dengan si minah.

“Sejak saya masih bujang sampai sekarang punya anak 2 tetap saja dengan topeng monyet,” tutur Bejo di pangkalan tetapnya di Kuta. Pilihan di tempat wisata merupakan pilihan yang cerdas, karena dia tak perlu berkeliling seperti rekan lainnya yang menggunakan sepeda.

“Saya cukup naik angkot dari Ubung, tempat kos saya,sampai sini jam 9.00 dan terus mangkal sampai malam,” tuturnya. Bejo seakan tahu, bule baru bangun sekitar jam 10.00 karena mereka biasanya begadang sampai pagi.

Sekali nanggap si minah selama 10 menit, bule cukup merogoh kocek sekitar Rp 5000. Lebih tinggi dari tarip bila yang nanggap orang lokal yang hanya Rp 3000.

Bejo juga tak perlu berkomunikasi seperti dagang obat mengomentari si minah. Bahasa tarzan sering digunakannya. Bule juga tak perlu paham apa yang terjadi antara Bejo dan si minah.

“Melihat minah mulai ambil payung dan mengonthel sepeda bule mulai tergelak, ketika minah menjemba sayuran dan mengusungnya seperti petani sedang panen ada bule yang sampai menitikkan air mata,” ujar Bejo. Bisa karena terharu melihat kepintaran monyet terlatih itu, bisa juga sedih karena monyet yang mestinya berloncatan di tengah hutan malahan jumpalitan di tengah keriuhan Kuta yang sesak dan gerah.

Sebelum mangkal di Kuta setahun belakangan ini, Bejo sempat berkelana dari Aceh sampai Papua. Semua dia lakukan dengan si minah tapi bergantian tiap daerah. Di Aceh dia menggunakan monyet kelahiran Ngawi Jawa Timur.

“Monyet untuk topeng hanya produktif ketika umurnya antara 5 sampai 9 tahun, setelah itu mesti pensiun karena mulai produktif beranak pinak dan biasanya di lepas,” tambahnya. Bejo tak terlibat langsung dalam pelatihan si minah yang biasanya berlangsung selama setahun ketika monyet berumur 3 tahun. Pelatih handal biasanya memang dari Ngawi. Dan monyet hutan yang ditangkap oleh pemburu memang berasal dari hutan sekitar daerah tersebut.

Seekor monyet yang sudah lihai naik sepeda, menggotong keranjang, menembak dengan pistol dan sekitar 14 atraksi lainnya dibeli dengan harga hanya Rp 800.000. Dia bisa diajak mencari uang selama 4 tahun. Bila sehari penghasilannya Rp 80.000. Dalam setahun saja modal sudah kembali.

“Biasanya monyet itu sebelum berangkat harus makan ketela rebus dulu, sedang kita nunggu dapat pelaris baru makan,” tutur Bejo terkekeh. Ketika sampai di pangkalan, harus disediakan lagi pisang atau buah jambu klutuk, tanpa itu dia tak mau mentas. Sedangkan Bejo selewat tengah hari baru menyeruput segelas kopi dan menjelang pulang baru berani masuk warung untuk mendapatkan sepiring nasi campur.

“Menjadi pengamen topeng monyet menyebabkan saya harus hidup prihatin, karena kalau royal, nanti kalau monyetnya sakit malahan tak punya biaya untuk membawanya ke dokter hewan,” tambahnya. Monyet biasanya terserang pilek, menyebabkan dia bersin bersin dan mogok pentas.

“Untunglah saya sendiri tak pernah terserang penyakit karena kalau itu yang terjadi bisa penghasilan sebulan habis dan tak bisa menengok istri di kampung,” tuturnya. Di Ubung dia tinggal di rumah petak sederhana yang disewa beramai-ramai dengan 4 pengamen topeng monyet asal Malang . Mereka menyebar setiap pagi ke berbagai tempat ada ke Sanur, Nusa Dua, Ubud bahkan sampai ke Tanah Lot.

DI tempat wisata itu mereka mangkal di emperan toko yang masih tutup karena tak ada yang menyewa. Sedangkan yang berkeliling kampung dengan bersepeda gayung mengais rejeki dengan menghibur anak kecil.

“Di Kuta bulenya termasuk royal, ada yang dalam seminggu nanggap si minah sampai 3 kali, ada juga yang Cuma motret minah ngasih 1 dollar,” ungkapnya. Bejo sendiri sedikit demi sedikit paham bagaimana caranya menyapa bule agar mau nanggap monyet asuhannya itu.

“Cukup dengan bilang I love you saja sambil berkelakar, bule berhenti dan saya mulai menabuh gendang, minah atraksi dan bulenya tergelak tak henti dari awal sampai akhir,” tutur Bejo. Bule kemudian mengangsurkan lembaran 5000 an sebagai imbalan atraksi singkat itu. Bejo senang, bule senang, si minahpun pasti senang karena dapat pisang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun