Menariknya, dari rasan-rasan dan kabar burung di warung kucingan, konon alasan Dico memilih untuk maju di Pemilihan Wali Kota Semarang, karena takut akan mitos bahwa tidak ada Bupati Kendal yang bisa melanjutkan dua periode kepemimpinan. Entah benar atau tidak, mitosnya, Bupati Kendal hanya bisa menjabat satu periode saja. Sebenarnya mitos ini tak hanya muncul di Kendal saja, tapi juga di Kabupaten Demak.
Dari cerita masyarakat, mitos di Kendal ini dipercaya terkait dengan Kasultanan Pajang. Saat itu Kendal dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso.
Berawal dari Sultan Pajang yang dikenal bijaksana memberi tugas kepada Tumenggung Bahurekso, seorang panglima perang untuk membuka Alas Roban.
Tumenggung Bahurekso menyanggupinya, dengan kemampuannya ia memulai membuka Alas Roban yang saat itu terkenal banyak dihuni mahluk halus.
Melalui perjuangan panjang, Tumenggung Bahurekso berhasil menaklukkan mahluk-mahluk gaib yang menghalangi jalan mereka. Namun keberhasilan Tumenggung Bahurekso ternyata menimbulkan persoalan pada orang-orang yang berada di sekitar Sultan Pajang.
Sultan Pajang pun mendapat laporan dari orang sekelilingnya, lengkap dengan narasi negatif yang mengandung fitnah, terkait ambisi Tumenggung Bahurekso yang dinarasikan hendak mendirikan kerajaan sendiri dan melawan Pajang.
Singkatnya, Sultan Pajang membuat kutukan siapa pun yang menjadi pemimpin di Kendal hanya bisa menjalankan amanat satu kali saja.
Saya sebenarnya enggan membahas tentang mitos seperti itu. Yang menjadi pertanyaan saya, masih banyak masyarakat modern yang mempercayai mitos tersebut dan dijadikan pegangan. Termasuk Bupati Kendal, Dico M Ganinduto yang konon, awalnya memilih untuk maju di Pilgub Jateng kemudian beralih ke Pilwakot Semarang, didasari mitos tersebut.