Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Sembarang Catatan Soal Kebudayaan

22 Januari 2012   04:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:35 18 0
Siapa yang tidak kenal SM*SH ?. Kalau ada yang tidak kenal, saya berasumsi hanya ada 2 kemungkinan penyebabnya. Pertama, anda tidak punya televisi, atau kedua, anda punya televisi tapi tidak punya antena. Terlalulah, menurut saya, jika ada yang tidak kenal nama satu ini, sebab hampir dipastikan setiap hari wajah mereka nongol di layar televisi. Beberapa bahkan berpendapat mereka adalah pionir kembalinya era kejayaan Boyband. menggantikan redupnya pamor pop melayu (saya merinding ketika menulis genre musik ini). Ya, dengan lagunya yang bikin kepala saya "cenat-cenut", SM*SH telah menjadi ikon baru industri -bukan dunia- musik Indonesia. 7 lelaki muda bertalenta (katanya), telah menyihir puluhan juta pasang mata anak muda Indonesia. Yang kemudian memicu lahirnya lebih banyak lagi grup vokal penjual atraksi sambil bernyanyi (lipsync?). Dan kini, mereka menginvasi hampir semua infotainmet maupun acara musik yang tujuannya itu ARiT (Asal Rating Tinggi). Tidak terlalu mengherankan, bagaimana mereka bisa begitu tenar dan menguasai langit permusikan Indonesia, meskipun pada dasarnya sama sekali tidak layak untuk itu. Sebab lewat aksi blow-up sistemik media, jangankan Boyband, kambing etawa pun bisa jadi idola anak muda berikutnya, yang meraih penghargaan Platinum karena suara "mbeeekk"-nya terbanyak di download sebagai ring back tone (RBT) handphone. Cara itu juga yang membenarkan karya abal-abal dan tanpa tanggung jawab moral macam Tuti Wibowo yang "Hamil Duluan" atau Melinda yang getol ber-"Cinta Satu Malam" saja, diterima khalayak dengan tangan terbuka, diputar dengan intensitas mirip alat keruk Freeport di Papua, untuk didengarkan oleh masyarakat tanpa pandang bulu. Dari manula sampai balita yang baru bisa bilang "mama...". Sementara musisi-musisi jenius dengan karya-karya yang super sekali, harus merangkak di bawah tanah demi memperjuangkan idealismenya, artis-artis ini mendapat tempat dengan begitu mudahnya. Anggaplah jika selera musik berbanding lurus dengan tingkat kemadanian suatu masyarakat, maka itu artinya, tingkat kemadanian masyarakat kita masih berkutat di zona degradasi, dengan hanya mengoleksi 3 poin dari 10 pertandingan, 3 hasil seri, sisanya kalah (loh ????).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun