Menurut Ngibad, bagaimanapun ngawurnya, batik abstrak tetaplah indah dan bernilai seni. Selain itu batik abstrak dinilainya lebih bebas, dimana pembuatnya bisa menuangkan ide apapun di atas selembar kain mori.
"Apa yang ada di kepala langsung dituangkan, kadang juga spontan saja, tidak pernah mikir sebelumnya mau bikin apa mau bentuknya gimana, pokoknya ngalir begitu saja," ujar Warga Dusun Kendeng, Kelurahan Demen, Kecamatan Temon, Kulon Progo ini.
Alasan itu jugalah yang mendorongnya menamai usahanya dengan nama Batik Claring. Karena Claring atau pating claring dalam bahasa indonesia bisa dikatakan semrawut, ruwet, tidak berturan.
"Seperti itulah batik abstrak, tidak beraturan, semrawut. Tapi hasilnya tetap sebuah seni batik yang indah dan pasti membuat siapa saja yang melihat jatuh cinta," ujarnya.