Keunikan inilah yang mampu menyihir masyarakat dan pecinta batik di seluruh dunia terhadap batik abstrak. Batik abstrak bukan motif pakem, tiap karya selalu berbeda, selalu baru, fresh. Inilah keistimewaaan batik abstrak.
Keistimewaan inilah yang ingin disajikan para pengrajin batik abstrak kepada penikmat batik. Salah satunya, Bayu Permadi, owner Sembung Batik.
"Melalui batik abstrak kita ingin menghadirkan pilihan motif buat konsumen yang pengen tampil beda tapi bosan dengan batik klasik," kata Bayu di rumah produksi Sembung Batik, Dusun Sembungan, Gulurejo, Lendah, Kulon Progo.
"Batik abstrak bisa jadi pilihannya, karena tiap motif tidak akan sama. Sehingga kalau dipakai buat kondangan itu nggak mungkin ada yang samaan dengan batik kita. Pokonya batik yang anti kesamaan" imbuh Bayu.
Bergeliat selama 11 tahun di dunia batik abstrak, Bayu sudah mengeluarkan banyak motif yang terus berganti tiap bulannya. Mulai dari motif galau, motif banyu mili, sampe motif Corona yang belum lama ini dihadirkan Sembung Batik.
Tidak sekedar karya, suka duka juga telah dilewati lulusan ISI Yogyakarta ini. Ia bercerita bahwa batik abstrak sebenarnya tidak rumit, karena apapun ide yang ada bisa ditumpahkan ke dalam selembar kain. Kesulitan yang kerap datang justru berasal dari selera pasar. Karena apa yang dia buat belum tentu sesuai selera konsumen.
"Tidak jarang konsumen meminta request motif dan warna sesuai yang mereka mau, kita tetap buatkan. Kepuasan konsumen adalah yang utama," katanya.
Konsumen batik abstrak Bayu kebanyakan berasal dari kalangan muda, dengan rentang usia 25-45 tahun. "Batik abstrak memang banyak diminati kalangan muda, millenial, karena lebih fresh dari segi corak dan warna," pungkasnya.