Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Pemberdayaan Perlu Dioptimalkan

2 April 2011   06:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12 158 0
Serba kepepet, tertekan, kekurangan modal, tidak ada relasi, dan lain-lain, itulah rakyat jelata yang mau cari duit melalui usaha mandiri, mau pinjam di bank ga ada agunan buat jaminan pinjaman, mau ngurus dana sosial paling dapatnya juga cuma beberapa % dari yang di butuhkan, ya akhirnya KEPEPET harus kreatif. sebenarnya pemerintah harus salut sama rakyat jelata yang bisa bertahan hidup di dalam ketertekanan ekonomi, karena dari buah tangan keterpepetan (maaf ga ada yg lebih praktis kalimatnya) maka rakyat masih bisa makan, bagaimana tidak...? seorang kepala keluarga yang punya 8 orang anak yang masih kecil2 semua mampu menopang kehidupan dan membiayai sekolah anak2nya hanya dengan kreatifitas mengelola sampah, ada yang dari botol air mineral disulap jadi lampion, jadi mainan anak2, dari sampah bungkus kopi bubuk dan pewangi bisa jadi payung, tas, dompet, bahkan sandal.. beruntunglah wahai indonesia karena masih memiliki orang2 kreatif yang mungkin orang manca negara pun ga pernah kaya gini, semua sampah bisa diolah secara manual dan tanpa biaya banyak menggunakan mesin recycle. ada lagi seorang lulusan SD, itu aja ketika ditanya ijazahnya mana bilang lupa naruh atau bahkan hilang ( heheheh ) dia bisa membuat home industri kerajinan perca batik dan punya 18 karyawan yang lulusan SMA dan SMK... duh gusti...hebat kan orang ini, lulusan SD ajah ijazahnya hilang, bisa memberdayakan masyarakat mengentaskan pengangguran dan kemiskinan..saya acungi 4 jempol untuk orang ini.

ini hanya sebagian dari kisah nyata rakyat jelata yang kreatif walau kepepet dan terbatas, banyak sih kalangan sarjana S1 yang nganggur ga kerja dengan alasan ini itu, sebagian cuma bisa menghayal secara idealis tapi bikin miris, karena ga pernah realistis, ada yang alasan ga punya modal usaha padahal tiap hari isep rokok, ada anak lulusan SMK otomotif yang cuma minta2 dengan modal gitar butut walau suaranya ga patut, ada yang sedikit sadis jadi preman dan malakin orang dijalanan, ini juga sisi lain dari mereka yang dulu mengaku sekolah bahkan ada yg bergelar sarjana.

dari fenomena tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa, jenjang pendidikan di indonesia perlu di kritisi, di rombak, kenapa demikian ? karena pendidikan di indonesia itu ga praktis dan lebih banyak teori di banding terapan, misalnya: anak lulus SMA banyak yg ga bisa bahasa inggris, ga punya keinginan untuk kreatif, padahal di sekolah juga diajari bahasa inggris dan diajari kesenian/ ketrampilan, tapi karena sistem edukasi yang diberikan tidak optimal dan tidak di spesialisasikan secara praktis makanya begitu lulus juga masih ga bisa apa2. coba kalo mulai dari SD kita tanaman jiwa kewirausahaan, semangat mandiri, lalu kemudian di SMP sudah mulai diberikan pembekalan ilmu terapan seperti membuat kripik singkong, atau membuat kerajinan dari sampah, lalu secara praktik lapangan mereka diajari bagaimana memasarkannya, kemudian di SMA sudah meningkat diajari dengan ilmu managemen bisnis dengan mengenalkan usaha terapan berupa pengelolaan usaha, seperti kerajinan home industri, bagaimana memasarkan melalui internet, mencari relasi bisnis, dll ini lebih praktis dari pada pendidikan yang lain, karena apa seberapapun moral seseorang kalo dia miskin bisa jadi ga lagi bermoral karena terjerumus dalam kejahatan, mencuri, nyopet, ngrampok dll. walaupun nilai agama dan PKn nya 9 tapi kalo dia ga bisa memberdayakan diri maka bisa jadi akan terseret juga,apapun bisa terjadi saat perut lapar dan kebutuhan tidak terpenuhi. untuk itu mari kita renungkan, khususnya untuk pemerintah mohon ini dipertimbangkan , jika masyarakat indonesia kreatif dan ulet dalam usaha mandiri, insyaAllah rakyat bisa mapan, mental bangsa kita ini nota bene mental pekerja bukan mental pengusaha, ketika anak sekolah ditanya besok setelah lulus sekolah mau kerja apa? mereka jawab jadi PNS, jadi Polisi, tentara, atau kerja di perusahaan bonavit, jarang mereka yang bilang mau jadi pengusaha sukses atau jadi petani sukses... nah inilah cerminan dari sistem pendidikan di indonesia, masih kurang menggigit mengarahkan generasi kearah kemandirian dan semangat usahanya, padahal fenomena alam dan keadaan bangsa kita sebenarnya memaksa kita untuk mandiri, memaksa kita untuk berjiwa usahawan, lahan sawah dan perkebunan/hutan juga masih banyak kenapa kerja di pabrik? bukankah dengan mengelola agro bisnis secara optimal itu sangat menguntungkan dari pada di pabrik? kita punya macam2 sampah dan limbah yang masih bisa diolah dan dijual kenapa harus nganggur? intinya pendidikan kemandirian dan kreatifitas ini sebenarnya yang harus di optimalkan,menumbuhkan mental kemandirian (enterpreanur) lebih menguntungkan dari pada menumbuhkan mental pekerja, mental petani mandiri lebih membanggakan dari pada duduk di kursi instansi, menjadi seorang pengrajin mandiri itu lebih mentereng dari pada kerja di luar negeri yang cuma jadi pekatik londo ( pembantu orang bule) , banyak imbas dari mental pekerja yang sudah menelan banyak waktu sia2 yang hanya bisa stagnan dan statis tanpa kemajuan, secara periodik bangsa kita sudah ketinggalan arus tehnologi, tapi satu yang belum tersaingi dan masih bisa bersaing, yaitu agro bisnis dan kreatifitas..untuk itu mari kita gunakan kreatifitas dan lahan subur rakyat sebagai acuan pemberdayaan generasi kita dalam pendidikan, luluskan sarjana pertanian yang mandiri, luluskan ahli kerajinan dan tehnologi mandiri, lahirkan pengusaha2 yang kreatif dan ulet, luluskan pejabat negara yang peduli dan paham dengan alam kita dan juga punya kemandirian, dan yang penting alokasikan dana sosial tersendiri untuk UKM dan petani secara tepat dan bersih, supaya rakyat yang kreatif ini bisa membantu pemerintah mengentaskan pengangguran dan kemiskinan, sehingga bangsa ini bisa meraih kemakmuran dan kesejahteraannya sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun