Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Pilihan

Semen Padang, Antara Jafri, IPL dan Pimpinan Klasemen ISL

17 April 2014   06:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 549 10
Sudah lama tak menulis di Kompasiana.

Semen Padang FC menang lagi di ISL.  Persik Kediri yang katanya salah satu tim dengan reputasi paling mengkilap di jagat sepakbola Indonesia, dilibas 2-1 di Stadion Brawijaya Kediri, Rabu sore. Ini kemenangan spesial, karena  jarang-jarang  tim "Kabau Sirah" menang di laga away secara beruntun.  Sebelumnya Persijap Jepara dibungkam dengan skor sama di GBK Jepara.

Sebelumnya lagi, Semen Padang yang dipandang sebelah mata di Indonesia Super League 2014 ini, juga sukses menelanjangi Persib Bandung 2-1  di Jalak Harupat.  Total, dengan 16 angka yang diraih Semen Padang  dari 8 kali main, 5 kali menang , sekali seri, dan dua kali kalah, untuk sementara meraih capolista alias pimpinan klasemen Grup Barat.

Sebuah capaian yang lumayan sejauh ini bagi tim yang dulu disebut tim tarkam, hanya karena bergabung  dari sebuah kompetisi yang bernama IPL .  Juga hasil yang lebih dari cukup untuk sebuah tim yang minim bintang, bukan tim mewah dan glamour  dengan pemain-pemain mahal dan "bintang" yang sudah karatan di ISL.

Ketika para bintang musim lalu, seperti Edward Wilson Junior, Titus Bonai, Vendry Mofu, ataupun "Ill Capitano" Ellie Aiboy pergi, Semen Padang semakin dilecehkan dan dipandang sebelah mata untuk mampu berbicara di  ISL.  Tapi, setidaknya sejauh ini SPFC mampu menjawab cibiran dan keraguan itu dengan mengangkangi tim-tim anak emas ISL seperti Persib, Arema, Sriwijaya FC, Persija, dsb.

Jafri Sastra, tentulah sosok yang pantas dikedepankan dibalik capaian positif SPFC sejauh ini. Sosok pelatih bersahaja dan belum banyak dikenal publik Sepakbola Indonesia. Walau sudah memegang lisensi A AFC, orang masih banyak mengerinyitkan jidat tatkala mendengar nama Jafri. Siapa orang ini?

Sebelum masuk ke SPFC, Jafri hanyalah pelatih yang beredar di tim-tim lokal Sumbar yang berkompetisi di level Divisi I atau Divisi I.  Dia bukan pelatih top layaknya Jaya Hartono, Jajang Nurjaman,  Subangkit, Bendol, Jackson Tiago, apalagi dibanding Rahmad Darmawan yang super populer. Satu-satunya pengalaman merantau keluar Sumbar hanya saat melatih Persipro Probolinggo 2012, itupun hanya klub Divisi Utama IPL saat itu.

Jafri, tipikal pelatih yang karakternya sangat mirip Nilmaizar. Sosok  pekerja keras, rendah hati, dan selalu belajar dan belajar. Kini dia tercatat sebagai satu dari tujuh pelatih bersertifikat A AFC  yang dimiliki Sumbar, selain Nilmaizar, John Arwandi, Syafrianto Rusli, Jenniwardin, Emral Abus, dan Indra Sjafri.

Ini adalah musim keduanya di Semen Padang. Musim lalu, lelaki kelahiran 16 Mei 1965 ini sebenarnya sudah tercatat sebagai head coach SPFC, tapi itu hanya sebagai simbol belaka.  Karena sesungguhnya yang berperan sebagai leader team adalah Suhatman Imam yang tak punya Lisensi A.  Jafri hanya pelatih "boneka" saja.  SPFC hanya butuh lisensi A AFC saja,  untuk memenuhi persyaratan berlaga di ajang AFC Cup.

Tapi di musim kedua ini, Jafri diberi kepercayaan penuh, dan tak bisa lagi diintervensi Suhatman Imam. Dan Jafri tak menyia-nyiakan kepercayaan itu. Dan dia membuktikan sebagai pelatih yang berbakat dan punya kemampuan.

Soal bakat dan kemampuan melatih, jauh sebelumnya Jafri sudah boleh bangga, karena saat mengambil lisensi A AFC, dia langsung lulus di kesempatan pertama. Hal yang Indra Sjafri sekalipun tak bisa melakukannya.

Kini Jafri mulai memetik hasil kerja kerasnya dan buah keseriusannya. Dia mampu menyulap skuad semenjana Semen Padang menjadi tim yang semakin layak diperhitungkan di ISL ini.  Kemampuannya meracik skuad  mediocre menjadi sebuah tim solid, adalah nilai plus untuk Jafri.

Sehebat apapun David Pagbe, Yu Hyun ko, Esteban Vizcarra, dan Ezequiel Gonzalez, dimata banyak orang mereka bukanlah pemain asing yang hot dan kelas satu seperti layaknya Fabiano Beltrame, Djibril Coulibaly, Beto Goncalves, ataupun Pierre Bio Paulin.

Begitupun skuad lokal, Hengki Ardiles, Novan Setya, Wahyu Wijiastanto, Jandia Eka Putra, Hendra Bayauw, ataupun Jajang Paliama,  bukanlah nama-nama selebritis lapangan hijau Indonesia layaknya Boaz Solossa, Kurnia Meiga, Ahmad Bustomi, Firman Utina, M. Roby dan sebagainya. Mereka rata-rata hanyalah alumnus Timnas "Emprit" yang terkenal itu.

Tapi ditangan Jafri, mereka bisa dibentuk menjadi sebuah tim yang solid dan menjanjikan. Mereka mampu menjawab tantangan kerasnya ISL, ketika satu persatu eks IPL  seperti Persijap Jepara, Persiba Bantul, dan PSM Makassar tak berdaya di pentas ISL.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun