Sebenarnya tidak ada yang salah dengan argument itu. Namun saya sebagai orang tua dan orang yang bekerja di dunia pendidikan, sangat resah dibuatnya. Bukan tidak mungkin banyak orang yang akan salah mengambil kesimpulan dari argument tersebut. Bisa saja orang akan menyimpulkan bahwa orang yang sopan, santun dan beretika itu penipu, pembohong dan mencuri uang rakyat. Sebaliknya, orang yang garang, keras dan tak beretika itu pasti orang yang baik. Orang yang seperti itulah yang membela kebenaran dan melawan koruptor.
Padahal belum tentu begitu. Banyak orang yang berani dan tegas dalam membela kebenaran, keadilan dan melawan kebatilan, namun tetap sopan dan beretika. Tidak sedikit kita temukan tokoh baik agama maupun pemerintahan yang berperilaku santun dan beretika. Apakah mereka itu pasti pembohong, penipu dan pencuri uang rakyat? Belum tentu. Sebaliknya, tidak semua orang yang berani, garang dan galak itu selalu membela kebenaran dan melawan koruptor. Di terminal misalnya, saya sering bertemu dengan orang-orang yang bertemperamen keras, garang, kasar dan cenderung kurang beretika. Apakah mereka itu pasti pembela kebenaran dan musuh bagi para koruptor dan penjahat? Belum tentu.
Jadi sekali lagi, argument “Dari pada bersikap sopan, santun penuh etika, tetapi penipu dan mencuri uang rakyat, lebih baik kasar, garang dan tak beretika, namun membela kebenaran dan melawan koruptor atau pencuri uang rakyat”, harus kita sikapi secara hati-hati.
Apalagi anak-anak kita yang masih duduk di bangku SD, SMP hingga SMA, sangat mungkin mereka salah menafsir dan menyimpulkan. Bisa saja mereka menyimpulkan bahwa pemimpin yang baik itu yang bertemperamen seperti Ahok. Sementara mereka belum bisa memisahkan antara sikap dan karakter. Sikap Ahok dalam menyikapi persoalan, dalam hal ini APBD itu sudah benar. Namun karakter Ahok dalam berkomunikasi yang cenderung kurang menjunjung etika, sopan dan santun itu soal lain.
Kalau memang tidak ada cara lain untuk melawan para koruptor dan pencuri uang negara, kecuali dengan cara yang kasar dan tak beretika, ya apa boleh buat. Lakukan itu. Namun saya yakin bahwa hal itu bisa dilakukan dengan cara yang lebih santun dan beretika. Sebenarnya yang dibutuhkan itu adalah keberanian dan kejujuran. Bukan kegarangan dan kekasaran yang tak beretika itu.
Karena itu, sebagai orang tua kita wajib mengajarkan sekaligus mencontohkan etika, sopan dan santun. Dalam bergaul, berkomunikasi apalagi dalam pertemuan-pertemuan resmi semisal rapat, kita harus tetap mengedepankan etika, sopan dan santun. Soal membela kebenaran dan melawan kebatilan itu memang wajib hukumnya. Namun caranya harus tetap santun dan beretika. Selamatkan sopan santun dan etika ketimuran Jangan biarkan mereka lenyap dari bumi Indonesia. Save Etika Sopan Santun.
Salam