Ada tradisi di beberapa wilayah menjelang pesta demokrasi. Warga (simpatisan) mengunjungi kediaman Calon Kades. Terlepas dari aktifitas suksesi atau bukan, faktanya calon kades selalu dikerumuni banyak orang. Ada yang secara khusus melakukan 'riungan' untuk memanjatkan doa ada juga yang sekedar membuka silaturahmi biasa, semacam 'open house'. Meski dalam situasi pandemi, situasinya tak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Di beberapa tempat tampak ramai.
Aktifitas ngopi dan menghisap rokok bersama di lokasi seolah menjadi ritual wajib. Bahkan sebagian orang datang hanya sekedar mencicipi kopi sang calon kades. Ya, sepertinya dianggap sedang pesta, bebas makan dan minum di 'sohibul hajat'. Bahkan tak sedikit calon kades memberikan amplop yang berisikan uang saat mereka pamitan pulang.
Tidak itu saja, bila menjelang lebaran, meski tidak menjadi kewajiban, calon kepala desa berpikir keras bagaimana menyiapkan tunjangan hari raya.
Ini salah satu potret buram menjelang pesta demokrasi. Kandidat harus menyiapkan ongkos politik yang tak sedikit demi mengikuti kontestasi. Tak hanya untuk kampanye, tapi juga 'menghidupi' simpatisan setidaknya untuk beberapa waktu.
Pandemi