Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

MKD

15 Desember 2015   12:31 Diperbarui: 15 Desember 2015   17:00 86 0
Yang Mulia,
Hari-hari ini emosi kami bergejolak dengan fluktuasi tajam.
Marah, benci, protes, muak, geram,
Namun tiada yang bisa dilakukan, selain menahan gejolak itu.
Umpatan, makian, sindirian dan cacian menghujam
kepada para Paduka Yang Mulia,
bahkan ada yang mau meludah di muka Paduka...cuhhhh.
Saia membayangkan kalau seluruh rakyat yang sedang marah ini
meludah di muka Paduka...pasti seruuuuu!
Muka Paduka banjir dengan air ludah,
termasuk ludah mereka yang terindap HIV, kusta dan rabies...
Yang Mulia,
Maafkan kami,
ternyata kesabaran itu ada batasnya,
untuk mencegah Paduka makin liar tak terkendali.
Sejujurnya kami bangga kepada Paduka,
kami berada di belakang Paduka,
untuk menjaga kehormatan wakil kami yang terhormat.
Paduka ujung tombak kami,
menjaga nilai-nilai luhur keadaban bangsa kita.
Yang Mulia,
Tahukan Paduka bahwa kami capek,
melihat kegaduhan demi kegaduhan yang tiada henti?
Ataukah semua kegaduhan itu adalah rekayasa?
Supaya Paduka ada kerjaan?
Dalam bahasa saia orang Jawa, “Timbangane nganggur, wong dibayar kok”
Maka, dengan kasus ini, PSH – Papa Minta Saham,
rakyat melihat Paduka bekerja,
jadinya aman, Paduka sejahtera menerima amplop.
Yang Mulia,
Paduka adalah kami, kami adalah Paduka
Semua yang Paduka kerjakan, adalah kerja kami
Kehormatan Paduka adalah kehormatan kami.
Makian, cacian yang menimpa Paduka, juga menimpa kami.
Bahkan air ludah yang membanjiri wajah Paduka,
juga mengena ke wajah kami.
Sadarkah Paduka, bahwa kami pun merasakan sakit....
Celakanya sakit itu biangnya adalah Paduka Yang Mulia...!
Supaya tidak semakin parah, ijinkan saya memohon kepada Paduka,
“Segeralah minum obat!”
Sejujurnya, kami mengasihi Paduka Yang Mulia,
siapapun dan apapun Paduka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun