Jadi tugas dari buzzer adalah untuk membuat getaran, tau kan sifatnya getaran, merambat ke arah tertentu. Sesuai juga dengan pelajaran pas di SD, getaran yg kita pakai ada dua yaitu getaran transversal dan longitudinal. Getaran transversal adalah getaran yg serupa ombak pantai. Getaran ini digunakan sebagai buzz attacking. Â Biasanya buzzer menyerang kelemahan lawan, kelemahan temen2 lawan, dan yang paling menyenangkan adalah mem-bully lawan. Getaran longitudinal adalah getaran yang meredam dan menenangkan seperti ketika terjadi gelombang membundar di permukaan air. Getaran longitudinal adalah buzz defending. Biasanya buzzer meng-counter serangan serangan lawan dengan berbagai argumen. Dengan harapan orang2 di sekitar si buzzer tidak terpengaruh serangan lawan.
Cukup menyenangkan melihat para buzzer muda beraksi. Adu argumen adu bicara dan yang paling keren adalah adu kreativitas. Saya sering menemui gambar editan dari wajah tokoh atau objek tertentu yg sering diplesetkan menjadi komedi, maksud saya meme. Banyak bertebaran meme meme yang berkualitas baik secara teknis maupun secara isi. Meme meme di seputar politik memang menggelikan. Karena sejatinya politik sendiri sudah lucu, masih ditambahi lucunya oleh meme meme yang kadang keterlaluan ngeditnya.
Jadi buzzer tidak perlu dibayar, seperti kemarin ketika saya menjadi buzzer zokowi. Sebelumnya saya termasuk dalam golongan swing voter yg akhirnya golput. Tapi saat ada isu yang mengkait-kaitkan zokowi dengan PKI saya langsung memutuskan untuk melakukan buzz defending sekaligus buzz attacking kepada pelempar isu. kenapa?
Tuduhan turunan China, non Muslim, antek Zionis, agen Mamarika ataupun illuminati terhadap Zokowi masih saya anggap wajar. Mungkin kemampuan kubu sana cuma segitu-gitu. Tapi ketika menuduh PKI, maka naluri juru bicara diskusi pas dulu masih sering kuliah tiba tiba mencuat. Saya paling sengit sama orang2 yang menggunakan data sejarah masa lalu sebagai senjata untuk menyerang seseorang. Terlebih data sejarah yg dipake adalah PKI, yang divonis memiliki bahaya laten dan dilekatkan dengan pembunuhan Jendral TNI.
Sengitnya itu ya karena si pelempar isu itu menuduh dengan berbekal link berita entah dari mana yang saya yakin ketika dilakukan kritik sumber terhadap sumber berita akan sangat banyak bolong-bolongnya. Belum lagi pihak pelempar isu malah marah2 karena isunya saya defend dengan data2 sejarah juga data2 lain yang otomatis mementahkan isu. Dibilangnya saya itu tidak mengerti esensi dari isu tersebut.
lha saya ngapain harus tau esensi dari sebuah isu. yang saya tau ya isu2 yg berkenaan dengan data sejarah di masa lalu harus saya defend dengan ilmu yg saya punya (kebetulan jurusan saya sejarah). Minimal saya lakukan kritik sumber dulu kepada mereka, belum sampai tahap verivikasi sumber. ayo sana, belajar dulu sejarah secara runut. Kita debat lagi kapan waktu