Ada sebuah stigma di masyarakat kita yang mengatakan bahwa "lingkungan sangat mempengaruhi karakter". Bukan hanya dari sikap dan interaksi, tetapi juga pola pikir. Lingkungan yang dimaksud juga termasuk verbal alias kata-kata yang merujuk pada anak itu. Hingga beranjak dewasa, kata-kata tetap seakan menjadi pengaruh yang besar. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan, "Dibunuh dengan pisau lebih baik daripada dibunuh dengan kata-kata". Rasa sakit yang ditimbulkan pisau hanya sejenak, tetapi kata-kata memberikan sakit yang lebih dalam dan lama. Tetapi, ada yang menarik dari stigma tadi, yang saya maksud tentang pengaruh kata-kata.
Ternyata apa yang disebut labelisasi sangat sulit untuk diubah. Maksudnya? Maksud saya, ketika kita kecil dan mengalami pengalaman buruk hingga orang-orang me'label' kita dengan sesuatu, ketika dewasa bahkan ketika kita berubah pun kita akan menolak 'label' baru yang diberi masyarakat. Walaupun kita berusaha untuk menjadi dewasa.
Yah, "label pertama". Label pertama yang membentuk karakter. Bukan berarti tak bisa diubah. Mengubah label awal yang telah melekat secara tak sadar dalam diri kita seperti transplantasi organ. Sistem imun tubuh akan melakukan perlawanan karena dianggap benda asing. Banyak bahkan yang meninggal karena transplantasi organ yang ditolak oleh tubuh si resipien. Walaupun si resipien sangat ingin untuk menerima organ baru itu, secara tak sadar, tubuh melakukan aksinya.