Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

'Ibu Shalawat di Turki'

6 Desember 2013   19:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14 91 0
Kemarin malam(15/11), saat menghadiri undangan dinner dan silaturahmi dengan Dubes Turki dan Rektor IAIN Sumut di Ankara, dalam perjalanan saya bertemu seorang Ibu di Otobus. Usia beliau sekitar 50-an. Karena takut terlambat saya berjalan agak cepat sambil bershalawat dengan asik menghitung tasbih di saku jas. Saya tidak perhatikan kanan kiri. Sehingga, saat duduk di bus yang berhadapan dengan Ibu tadi saya tidak ingat beliau naik dimana. Maklum ini pertemuan perdana makan malam saya denga Dubes. Lagian tidak semua mahasiswa mendapat kesempatan berharga ini. Hanya 10 orang saja, kata Ikhsan, ketua PPI Ankara. Semua yang hadir adalah petinggi dan tokoh mahasiswa Indonesia di Turki. Semuanya sudah lebih setahun bahkan ada yang tahun ketujuh di Turki. Beberapa menit setelah bus melaju. Saya melihat Si Ibu mulutnya kelihatan komat komit dan memasukkan tangan dalam kantong bajunya. Di tengah perjalanan, saya memberanikan diri menegurnya. “Merhaba! Beliau menjawab, “Salam”. Saya membalasnya dengan ucapan salam pula. Siziz adiniz ne? Benim adim Esmau. Esmaul Husna? Evet, katanya. Wah itu nama-nama Allah ucap saya. Benar, kata si Ibu. Nama doksan dokuz nama Allah. Alhamdulillah nama yang mulia, saya memuji beliau. Lalu, saya memberanikan diri bertanya lagi; Ne okuyorsun? (Apa yang Ibu baca?) Kalau saya membaca shalawat, kata saya sambil menunjukkan tasbih spontan dari saku. Lalu beliau juga mengatakan, saya juga membaca shalawat. Masya Allah, Allahu Akbar, Ibu itu menengadahkan tangan, sambil berkali-kali memuji Allah. Bertanda senang kami bertemu. Ternyata tangannya yang disembunyikan di saku baju, bukan karena udara dingin. Tapi ada sebuah alat pencatat angka digital yang beliau sembunyikan untuk bertasbih dan bershalawat. Saat saya tegur kelihatan beliau melihat angkanya, mungkin sudah ratusan atau ribuan. Karena keasikan maka tampaklah di mulut si Ibu yang berkulit merah dan mata biru ini sedang membaca sesuatu. “Masya Allah, Shalawat apa yang Ibu baca? tanya saya lagi, sambil melihat wajah Ibu  yang memakai jas berlengan hitam tampa jilbab dengan senyum ceria. Saya membaca shalawat ini, “Allahumma shalli ‘ala saiiyyidina muhammadin, wa’ala ali saiyyidina Muhammad” kata Ibu mantap. “Allah…Allah..saya katakan, Alhamdulillah saya juga membaca demikian. Sang Ibu tiba-tiba memegang tangan saya, “Duduklah engkau disini di sampingku anakku! Mari bershalawat bersama” Sayapun berpindah dari duduk berhadapan dengan sang Ibu, menjadi duduk bergandengan. Ibu itu membisikkan kembali shalawat tadi kepada saya. Dan kitapun bershalawat pada junjungan. Alhamdulillah sekitar 7 kali bershalawat bersama, bus-pun berhenti. Kami masing-masing melanjutkan perjalanan. Si Ibu pulang ke rumahnya, karena beliau adalah seorang pegawai yang bekerja di kantor pemerintah. Semetara saya akan melanjutkan perjalanan makan malam bersama Dubes, Rektor IAIN Sumut dan rekan-rekan mahasiswa lain. Ikhsan sudah menunggu di Guven Park. Ketua PPI Ankara ini selalu datang lebih dulu bila membuat janji atau rapat mahasiswa. Bilapun dia terlambat sampai ke tujuan biasanya karena menunggu teman lain. Di Wisma KBRI kawasan Panora, Cankaya kami makan malam bersama dan diskusi tentang dunia pendidikan di Indonesia. Bersama rombongan Pak Rektor membawa empat profesor dari IAIN Sumut Medan. Kunjungan ini merupakan rangkaian perjalanan (study tour) rombongan IAIN Sumut yang sedang mempersiapkan diri menjadi UIN. Selain Turki, mereka juga mengutus delegasi ke Eropa dan Asia lain. Nantinya mereka akan melihat peluang mengirimkan staf pendidik untuk belajar di Luar Negeri, termasuk Turki. Sebab, pasca konflik meletus di Timur Tengah, seperti Mesir. Pihak IAIN Sumut memutuskan untuk  mengirimkan tenaga pengajarnya ke Turki. Maka sangat dibutuhkan masukan dan pengalaman dari Dubes, staf KBRI dan mahasiswa di Turki. Kunjungan ini menjadi menarik karena selama ini yang sering berkunjung adalah para politisi. Tentu dengan seabrek kepentingan politiknya sendiri. Acara berakhir dengan foto-foto dan ramah tamah. Di tengah perjalanan pulang, saya masih mengingat Ibu Shalawat tadi. Pertemuan kami begitu singkat sekali. Lalu kita berpisah, dan melanjutkan perjalanan masing-masing. Beliau juga mendoakan saya. Semuanya karena keutumaan Muhammad al-Amin. Ya Rasulullah betapa rindunya kami padamu. Kami ini ummatmu. Beri syafaat untuk kami supaya selamat dunia dan akhirat. Meski kami tidak lebih dari debu di tapak kakimu. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad. Ankara, 17 November 2013

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun