Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Cassa 212-200, Basarnas Lamban!!!

1 Oktober 2011   18:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 188 1
Satu lagi berita duka di antara sekian banyak "kebobrokan"  dunia transportasi kita.Pesawat Cassa 212-200 yang terbang dari Medan menuju Kotacane jatuh di pegunungan Bohorok,Langkat-Sumatera Utara dan dipastikan 14 penumpang (termasuk balita dan anak-anak0 beserta 4 crew nya tewas ( http://www.detiknews.com/read/2011/10/01/121452/1734565/10/seluruh-penumpang-pesawat-cassa-212-ditemukan-di-kursi-masing-masing?991101mainnews ).Proses evakuasi dan penanganan secara keseluruhan yang sampai hari ini belum berhasil,membuat banyak pihak terutama keluarga korban menjadi emosi dan kecewa.Apalagi setelah gambar pesawat yang jatuh dengan kondisi yang "memungkinkan" adanya korban yang selamat di rilis oleh media,banyak pihak keluarga korban berharap sanak saudaranya bisa bertahan dan dalam kondisi yang hidup.Sayang, setelah 3 hari berjalan,proses evakuasi belum berhasil dengan alasan cuaca dan medan yang tidak mendukung.Hal ini tentu saja membuat pihak keluarga korban jadi makin tipis harapan,karena seandainya pun ada korban yang selamat,dalam tiga hari tidak di tolong,pasti mati.Bisa mati kelaparan,mati kedinginan atau dehidrasi karena kehausan.Membayangkan ada balita dan anak-anak dalam kondisi demikian,membuat kita jadi terharu dan sedih.Bagaimana bila di antara korban bila di tangani cepat (secepat penanganan bila didalamnya ada Presiden atau pejabat negara),masih bisa di selamatkan?,dan akhirnya mereka tewas bukan karena kecelakaan justru karena lambannya penanganan dari Pemerintah. Bukan mengecilkan kerja keras Tim SAR atau Pemerintah,yang tentu saja dengan gampang bisa mengelak dengan alasan medan yang berat,bahkan bisa saja lepas tangan atau bertindak kekanak-kanakan dengan pernyataan,"tim SAR sudah kerja keras tolong di maklumi,karena kami juga tidak mau jadi korban" atau "coba sipenulis yang jadi Tim SAR-nya?".Tetap saja dengan menyandang predikat "tim penolong" diharapkan bisa bertindak profesional dan punya tanggung jawab.Kalau hanya mempunyai keahlian "biasa-biasa" saja,kenapa masuk Basarnas? Kalau medannya tidak berat,seperti kasus jatuhnya pesawat mandala di Padang Bulan-Medan,tidak perlu tim SAR,tukang beca juga bisa menolong.Harus kita diakui,BASARNAS gagal dan lamban. Kedepannya anggota-anggota BASARNAS perlu dilatih profesional dan mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk menyelamatkan korban (rescue)  menjadi prioritas bukan cuma mencarinya (search).BASARNAS jangan berlindung atau mencari alasan dari ketidak profesionalan dengan alasan cuaca atau medan yang berat.Pemerintah juga jangan terkesan lepas tangan,terutama Departemen Perhubungan harus bertanggung jawab,dan sudah seharusnya Mr Freddy Numberi mundur sebagai pertanggung jawaban moral. Pemerintah juga harus melengkapi dan memodernkan peralatan tekhnis seperti helikopter dalam menunjang tugas BASARNAS.Kita jangan sampai sibuk memodernkan peralatan perang,padahal di era damai ini,lebih baik memodernkan peralatan BASARNAS daripada membeli sukhoi. Terakhir buat SBY,di sisa pemerintahannya,janga cuman lanjutkan...tapi lebih baik anda memakai prinsip pak JK "lebih cepat lebih baik".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun