Di zaman serba digital ini, tampaknya anak muda kita lebih terpukau pada kata-kata asing dibandingkan bahasa ibu mereka. Tak heran jika di kafe atau media sosial, percakapan mereka terdengar lebih mirip iklan internasional dibandingkan obrolan biasa. Siapa yang butuh “pembuat konten” kalau bisa memakai “content creator”? Ah, bahasa Indonesia—suara dan identitas yang mulai berbisik pelan-pelan, tertinggal di sudut-sudut ruang kelas yang jarang kita perhatikan.
KEMBALI KE ARTIKEL