Teringat Keriput di sudut matamu
Kumis indah berkarisma
Sepasang mata bercahaya
Yang menikam
Belati nyaliku,
Tak mampu berdebat
Tentang amanat
Garis garis besar aturan dunia
Laki lakimu
Sempat aku membecimu
Dua tahun kita
Tak berkata
Barang sepatah pun,
Sekarang kebijaksanaanmu
Telah berpulang
Kembali ke dasar hatiku,
Lelaki harus bertanggung jawab
Pada polah
Tingkahnya sendiri
Salah benar
Soal nanti
biar sejarah mencatatmu
Dengan tinta emas
Atau arang kayu dari kebakaran hutan
Lalaimu
Ini hari Ayah
Segala intisari nasehatmu
Kembali terngiang di telinga batin
Tak ada seucap kata salah,
Setelah sesi wejangan suci
Ayah selalu memintaku merenung
Hening
Dari keramaian
Baring sejenak
Bila kata
Kata Ayah terbukti benar
Ayo traktir Bapakmu
Makan sate
Perlu waktu
Lama
Merenungi esensi
Jiwa peluru kata
Yang mengubah jiwa
Membentuk karakter lelaki
Bertanggung jawab
Pada kenakalan
Kebenaran
Langkah hidupku
Kemudian
Sekarang
Acap aku makan sate
Tanpa Ayah
Sambil mengenang luasnya
Samudera batinmu
Laki laki itu samudera
Biar di lempari balok kayu
Dicemplungi kapal rasaksa
Tetap anteng
Tak bergeming
Kalem
Menampung segala keluh
Orang orang terkasihmu,
Kata ayah mewaktu
Dalam pelangi energi arus
Hidup sederhanaku
Belajar berenang di Sungai kehidupan
menjadi Ayah sejati