Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Punahnya Seribu Kunang Kunang Di Desaku

27 Mei 2021   02:51 Diperbarui: 27 Mei 2021   09:55 506 10
Di Desa seribu kunang kunang...
Kemana mata memandang, hanya kerlipan hewan mungil kuning bercahaya, diatas hamparan sawah, di tubuh air sungai mengalir,  dan jalan berbatu desa. Meski tak terang sekal, Tapi cukup mwnerangi,  sampai tak ada yang terlalu peduli,  apa langit diatas desa kami masih bertebaran bintang bersinar atau tidak,  apalagi kehadiran bulan, sudah tak dianggap penting lagi.

Sudah beberapa waktu,  warga kampung kami,  mengabaikan purnama. Siapa masih perlu cahaya lagi,  bila kunang kunang yang kami punya, sudah begitu amat banyaknya ?.

Ini adalah bulan ketiga belas purnama  Tanpa bulan sungguhan di desa kami.  Biasanya di malam seperti ini, ribuan Kunang Kunang berkumpul, menari berputar. Membentuk durian raksasa menggantung  di kaki Langit,  bercahaya menyilaukan, mirip bulan mini imitasi. Semua senang, merasa terhibur dan tersanjung melihat cahaya istimewa itu.

Begitu bagusnya , bulan kunang kunang di desa kami menyerupai rembulan,  sampai tak ada yang sadar,  bulan sudah tiga belas purnama,  tak nampak di desa kami saat purnama.

Gadis-gadis bingung tak datang bulan.  Para pemuda lesu,  pujaan hatinya,  sering ngambek dan bad mood tanpa jefa. Entah kenapa gadis seisi desa pada  uring-uringan panjang tanpa sebab. Makin dirayu bukan makin sembuh,  justru semakin parah ngamuknya?!.

Belum lagi,  para istri, ibu-ibu petani yang biasanya ramah membiarkan suaminya menggarap sawah di kamarnya, saat bulan gelap.  Sekarang kompak menolak melayani  lembur malam .  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun