Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Rahasia Bang Thoyib Kenapa Tak Pulang Pulang

13 Oktober 2020   21:36 Diperbarui: 14 Oktober 2020   14:27 85 2
Lelah menyergapku seperti hantu tak berwujud, membuat mataku berkabut, tak awas, rasa kantukpun datang dengan hebat. Daripada aku salah arah dan menumbuk kendaraan lain,  kupilih menepi di parkiran taman Hutan kota. Begitu mobil berhenti, aku langsung terlelap.

Saat aku tidur, ada perasaan aneh yang menyergapku di keteduhan Pohon beringin rindang. Sungguh nyenyak tidur luar biasa tenang, melangutkan.

Hanya dalam hitungan menit, ruhku sudah berjalan astral, sayap mendadak tumbuh dan kakiku menjadi sirip.ikan. sekuat tenaga aku mengepakkkan sayap, sudah berada di pantai pasir putih dengan matahari terbit yang indah. Aku ingat - ingat, kalau tidak salah ini Pantai Kutabanding, Bali.

Aku pernah kesini, mengantar kakakku bermeditasi, nyepi, usianya sudah amat lanjut, 88 tahun. Dan sibuk mencari jalan mati. Syukur bisa moksa, pergi pindah dimensi bersama raganga. Thoyib nama beliau..

Aku ingat dia kutinggalkan 40 hari lalu, dan memintaku untuk menjemputnya di hari terakhir, apabila jasadnya masih ada. Wajib kubawa pulang. Apabila sudah tak ada . Maka apapun yang berserak di tempat batu bertapanya, boleh kubawa.

Celakanya aku lupa. Dan dia amat pemarah. Selama 9 tahun terakhir, Bang Thoyib sering memintaku mengantarnya ke aneka tempat, yang menurutnya, jadi gerbang pindah dimensi. Mulai dari Gunung Kawi, Gunung Gambar, Gunung Srandil, Pantai selatan dan banyak tempat. Selalu minta ditinggal, karena dia tahu, aku penakut dit empat sangar dan gelap seperti itu.

Dan setiap hari ke-40 aku selalu menepati janji untuk menjemputnya. Kecuali kali ini. Aku lupa sungguh. Aku sungguh takut, karena kutukan dari mulutnya sering menjadi nyata.

"Kamu ini adikku manusia apa bukan Yudha,  kenapa selalu ada perang di hatimu, iklaskan aku, relakan aku, aku pergi untuk pulang ke rumah sejatiku",hibur Bang Thoyib. Dengan tepakan cepat, dia menepak sayap di punggungku dan sirip kakiku. Ajaib semua musnah. Kaki tanganku normal kembali.

Aku gemetar senang. Dan hendak mencium serta memeluk kakakku. Kembali dia menepis.

"Pulanglah Yudha, pulanglah, jernihkan mata batinmu, sanubarimu. Pada waktu kau pulang, aku akan menjemputmu. Fuah !", Bang Thoyib meniup ubun - ubunku keras. Aku seperti terperosok jatuh ke lubang yang amat dalam. Dalam kecepatan cahaya ruh itu, aku mendengar dari jauh, Kakakku menjelaskan semuanya.

"Aku telah pulang, Pulang ke rumah sejati, tidak perlu menjemputku lagi, ragaku menyatu dengan ruhku ke jalan pulang...",pesan telepati jarak jauh Bang Thoyib.

"Pulang Abang. Pulang, sudah jam 12 malam kamu gak pulang - pulang", panggilan videocall istriku kinasihku, Kucica namanya. Entah bagaimana layar videocall HP-ku bisa menyala. Mungkin tersentuh dalam tidurku tadi.

Aku mengucek - ucek mataku, mencerna ingatanku barusan.

Aku kehilangan banyak waktu, terlelap sore sampai malam hari.

Apakah di parkiran Hutan Taman Kota ini ada gerbang dimensi gaib di Kuta Banding tempat kakakku bertapa 1 tahun lalu.

Sejak aku mengantarnya, aku tak pernah menemukan jejaknya kembali. Bang Thoyib hilang seperti ditelan samudera, dihisap waktu. Menguap seperti air dipanasi matahari

"Pulanglah Bang, jangan kayak Bang Thoyib gak pulang-Pulang !", rengek Kucica istriku bermohon.

Bang Thoyib dimana engkau?
Pulanglah Bang
Ah

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun