Tapi satu pesawat baling baling tunggal terakhir, nampaknya dikendalikan pilot paling ahli dan pemberani dari sekutu. Sekarang dari cakrawala arah jam 5 barat daya, pesawat itu terlihat jadi noktah kecil yang makin lama makin membesar, lurus mengarah ke satu - satunya meriam penangkis udara yang tersisa.
Kopral Armen komat kamit mulutnya tegang. Â Entah membaca doa, Â entah membaca mantera, sementara Sersan Puguh terus membidik pesawat itu di kejauhan dengan lubang bidiknya.
Letnan Tomas dengan teropong  siap - siap memberi kode tembak. Hanya beberapa detik,  tetapi terasa seabad,  karena begitu meleset bidikan terakhir.  Maka sisa pasukan dipastikan habis disapu dari udara,  semua berada di  posisi terbuka,  rawan tembakan tinggi.
"Tembak !", perintah Letnan Tomas. Â Dan,Â