Sesak macet memerangkap
Hanya lagu
Kilah suaramu
Menghibur kami
Radio
Ketika terjadi stagnasi
Puncak tak tergapai
Menuruni lembah rasa
Terlalu curam
Hanya engkau
Yang terus menyapa batin
Batin teralienasi
Di jaman globalisasi
Yang berlari gila
Wahai
Radio
Disaat tak ada yang perduli
Disaat frustasi
Disaat sendiri
Terjebak labirin ambisi
Hanya apimu
Menyalakan dingin gelap gua ego
Mengarahkam sesat hati
Kembali pada noktah GPS bumi,
Kau membuatku
Kembali ada
Kau membuat kami
Menyala
Duhai
Radio
Disaat pelita ide mati
Dimakan dingin musim hibernasi
Disaat semua api
Elektrisitas batin
Padam total
Hanya kau
Yang berteriak menggugah
Dengan cadas musikmu
Dan berbisik melow
Lewat desah suara penyiar
Yang mengisi seluruh tangga nada sepi
Bagaimana bisa kami lupa bercinta
Selama ada kamu
Radio
Disaat dunia bungkam sepi
Karena takut
Karena malam
Hanya engkau yang terus cuap cuap menjaga bintang
Bulan cita cita
Beredar di orbit semestinya
Lewat speaker speaker hati
Yang nerinterferensi dengan penerima dan pemancar
Dunia jadi penuh warna suara
Radio
Radio radio tabung
Radio kayu antik dan tua
Sudah tidur di museum
Atau jadi penghias kafe kafe kopi kagetan
Tempat nongkrongnya
Jiwa muda galau
Radio pipih mini
Rqdio jam
Radio HP
Radio di mobil
Radio di earphone-mu
Adalah teman jalan setia
Memberimu ide
Untuk keluar rumah
Sarang nyamanmu
Sampai tengah malam
Sampai pagi
Mengantarmu selamat
Sampai peraduan
Mimpi
Sejatimu
Radio
Satelit
Radio
Streaming
Radio
Jadul
Radio
Termodern
Terkini
Adalah sahabat sejatimu
Teman perjalanan hidupku
Ekstravaganza memoar jejak
Berarti kita
(Di radioo
Aku dengaar lagu kesayanganmuuu,
Kututupi telingaku
Sedang apa sayangku
Kuharap engkau mengerti
...
Dan kugadaikan cintaku..
Kering suara almarhum Gombloh melengking
Mengisi sunyi)
Duhai
Radio kesayanganku
Sekali di udara tetap di udara !
(20200911, 22.57,dibawah Pemancar Radio XXX)