Beberapa Kompasianer mengatakan itu wajar, proses menulis kadang diwarnai jeda pendek maupun panjang. Bisa lanjut dan konsisten atau panas-panas tahi ayam. Makanya aku salut kepada Kompasianer yang selalu konsisten dan terus menerus berkarya. Kuyakini, menulis itu bermanfaat bagi sang penulis maupun orang lain yang membacanya. Makanya aku percaya, menulis itu ibadah.
Jika menyitir hadist Nabi, bahwa kita bisa berbuat dengan tanganmu, lalu ucapanmu dan terakhir yang paling tak berdaya adalah dengan doamu. Namun ternyata berbuat bisa juga dengan tulisanmu, sebagai derivasi dari berbuat dengan tanganmu. Selain itu, kuyakini bahwa sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Menulis adalah jalan untuk memberi manfaat.
Ada beberapa penulis yang menjaga kredo untuk dirinya sendiri, sehari satu tulisan, sadinten satulisan, sedino sak tulisan. Itu akan sangat menantang sang penulis membuat ide-ide kreatif di sekitaran yang bisa dibuat tulisan. Untuk yang satu ini saya harus angkat jempol tinggi-tinggi. Inilah orang-orang yang hebat dalam berkarya, karena sungguh tak ada reward apapun dari Kompasiana buat mereka. Hanya kepuasan pribadi dalam menulis.
Ah, lama juga tak bersua dengan para sahabat yang sempat terjalin dulu, guru-guru menulisku di dunia maya. Semoga aku ngga malas nulis lagi. Seperti lagu Vina Panduwinata, “Aku Melangkah (menulis) Lagi…..” Salam hormatku (*)