Seorang pria lanjut usia memberikan testimoni dengan suara serak-serak parau di TV. Ia mengingatkan bahaya merokok, dengan leher berlubang, mengkampanyekan anti tembakau.
Manat Hiras Panjaitan, wajahnya wara-wiri menghiasa layar kaca akhir-akhir ini. Iapun bercerita "Empat tahun lalu, saya didiagnosa mengidap kanker pada pangkal tenggorokan dan diwajibkan untuk dioperasi dengan dilubangi di leher," Mungkin kita bergidik melihat tayangan bolong di lehernya sebagai bagian dari operasi. Untunglah Tuhan masih memberikan umur panjang.
Bagi saya, iklan ini sangat menyentuh. Gambaran visual dan testimoni Manat yang "mengancam" dalam iklan, mudah-mudahan memberikan efek jera yang lebih kepada para perokok, terutama generasi muda. Selama ini jargon-jargon akibat rokok seperti penyakit berat, impotensi sampai rokok membunuhmu, ditambah gambar “seram” belum cukup menyadarkan para perokok. Iklan anti-rokok model Manat ini barangkali lebih “hidup” dan mengena, menyuarakan kampanye bahaya merokok dengan lebih efektif.
Manat mengaku ketika muda mengkonsumsi rokok sampai empat bungkus sehari. Rokok tak hanya menggerus kesehatan manusia tapi juga kantong perokok. Coba saja kalkulasi harga empat bungkus rokok bagi kalangan bawah. Pastilah lebih bermanfaat untuk keperluan lain, seperti buat biaya anak sekolah atau perbaikan gizi keluarga. Tapi itulah tuah rokok yang bisa menimbulkan daya tagih (addicted) yang susah dibendung. Apalagi rokok paling efektif menjadi “pintu masuk” ke narkoba yang lebih parah lagi dampaknya. Untuk itu, apresiasi untuk iklan rokok yang efektif seperti Iklan Manat.
Rokok memang sering dikonfrontasikan antara kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi industri rokok serta petani tembakau. Namun kesadaran akan kesehatan akan lebih penting, karena dampaknya luar biasa bagi generasi penerus bangsa. Semoga industri rokok tak lama lagi menjadi sunset industry. Tugas Pemerintahlah untuk memberikan alternatif bagi tenaga kerja yang bekerja di bidang tembakau dan industri rokok.
Masih terngiang di benak saya pesan Manat, “Berhentilah Merokok, Sebelum Rokok Menikmati Anda” (*)