Senja tadi kau berkelindan melewati asa. Rindu hujan pada semesta. Seandainya, seandainya, seandainya. Jemawa menjenggala di dada. Kau masih kuat mengurut sendi kehidupan, hingga lapang pernafasan. Itu sebabnya, tengadahmu adalah jengah. Tak mungkin terminasi tetiba, katamu.
KEMBALI KE ARTIKEL