Duhai, betapa setiap waktu seperti membawa gelombang yang saban menghantam karang. Tak hancur tapi mengikis dalam-dalam, hingga meluap dan menuruti ketiadaan. Kembali lagi dan lagi, hingga berhari-hari. Tetap saja segala kasih menjadi alfa. Seperti pecahan kaca mengoyak luka, semakin luka. Apalah arti senja, bila titik-titik itu menjadi air yang menguras di mata. Bahkan malam berganti pagi, ia mengurai menjadi sungai, di tepian waktu kerinduan. Ah, bebal sekali menelaah kisah, meski sudah basah, tetap saja rindu itu bersisian di jiwa, hingga raga terasa membengkak, perih semakin menyesak.
KEMBALI KE ARTIKEL