Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Melawan Arus dengan Prinsip

23 Februari 2012   07:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:17 138 0
Didalam kehidupan Saat ini, Kita seringkali terjebak untuk mengambil keputusan dan selalu berbuat secara spontan tanpa proses pemikiran yang matang. Padahal keputusan yang kita ambil sangat mempengaruhi masa depan kita. Seandainya kita memilih posisi yang benar, selamatlah kita, tapi jika memilih posisi yang salah, entah akibat apa yang akan terjadi.

Disitulah dibutuhkannya pemikiran sebelum bertindak. Sikap seperti ini dibutuhkan untuk kemandirian kita dalam menghadapi sesuatu atau biasa disebut prinsip, jadi kita tidak ketergantungan dengan orang lain atau dengan situasi sekalipun. Tapi yang musti kita pahami sebenarnya setiap kita mengambil keputusan pasti berbuah pro dan kontra. Lantas kembali timbul pertanyaan, prinsip seperti apa yang musti kita pegang ?

Disinilah nilai hakiki sebenarnya sebuah agama, karena agama mengajak manusia untuk melakukan sesuatu itu sesuai fitrahnya yaitu hati. Karena hanya hati yang tetap jujur. Disaat kita benar,hati tetap tenang.Tapi jika kita salah,hati pun gelisah. Itu sudah hukum alam sepertinya.  Jadi kembali lagi prinsip apa yang musti kita ambil ? Yang jelas prinsip yang sesuai hati yaitu agama.

Dan disini saya mau sedikit bercerita sebuah kisah di zaman dahulu semoga bisa menjadi bahan pembelajaran kita.

Konon dahulu ada kisah perjalanan seorang ayah, seorang anaknya dan seekor keledai. Mereka berjalan menuju suatu tempat bermukim yang baru.Tapi ditengah perjalanan itu, Banyak sekali orang yang menatap aneh mereka dengan bermacam-macam komentar,

- Komentar pertama muncul ketika Sang anak dan ayahnya menggiring keledainya bersama-sama. Tiba-tiba ada seseorang berpapasan dengannya sambil berkata, " Ada keledai bukannya di tunggangi berdua, malah dituntun. Aneh...". Mendengar itu , Tanpa pikir panjang akhirnya sang ayah dan sang anak bersepakat untuk menungganginya bersama.

- Komentar Kedua muncul lagi ketika mereka tunggangi keledai itu berdua. Seseorang lain lagi berpapasan dengannya sambil berkata, " Dasar tidak tau diri, Keledai kecil masa di tunggangi dua orang ". Mendengar ocehan itu, akhirnya mereka kembali membuat kesepakatan dengan melanjutkan perjalanan dengan sang anak menunggangi dan ayahnya menuntun.

-Komentar Ketiga muncul lagi ketika sang anak tunggangi keledai itu sendirian. Seseorang yang lain berpapasan sambil berkata, " Anak durhaka, tega sekali dia menunggangi keledai itu sedangkan ayahnya yang berjalan menuntun". Kembali mereka mendengar omongan yang tidak enak lagi, akhirnya mereka memutuskan agar sang ayah menunggani keledainya dan sang anak menuntunnya.

-Komentar Keempat masih saja ada yang berkomentar, di tengah perjalanan, sang ayah malah dicemooh orang lain yang berpapasan ditempat lain.
"Ayah macam apa ? Masa membiarkan anaknya menuntun keledai. Masa anaknya dijadikan budak  ". Mendengar komentar yang tidak enak bertubi-tubi , rupanya membuat anak dan ayah itu mulai bingung harus bagaimana . Akhirnya mereka memilih ide gila yaitu sepakat untuk menggendong keledai tersebut.
Lalu apakah komentar disekelilingnya akan berhenti. Ternyata tidak, Justru malah makin parah. Bahkan kali ini hampir setiap orang yang melihat mereka pasti bilang "Orang Gila ..Orang Gila...". Akhirnya sang anak dan ayah itu stres.

Yah mungkin kisah tadi bisa memberi pelajaran kepada kita, bahwa kita musti punya prinsip dalam menjalani hidup ini dalam hal apapun. Kita sebagai makhluk sang Maha Pencipta sudah pasti harus punya prinsip yang sesuai agama. Jalanilah apa saja yang kita suka selagi tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, lanjutkan saja.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah tadi dan kita bisa melewati semua masalah dengan bijak serta ridho- Nya. Amin

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun