Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Ki Tak Pernah Menangis

18 Juli 2024   22:52 Diperbarui: 18 Juli 2024   23:02 20 2
Dari bangku Maruk Badul Sayuti yang seperti altar dewa Olympia, terdapat manuskrip lawas yang warna kertasnya samar bagai halimun di pagi hari. Udara subuh yang hangat memaksa tubuh mereka untuk kongko-kongko sejenak di pedukuhan. Teja merah muda yang temaram berhasil membingungkan mata Maruk dan dua kawan karibnya, Agito Badi Muni serta Adik kecilnya Alwi kamil. Bunyi bedug yang sepertinya berasal dari surau Abah Sudan, Yang pagi-pagi buta begini sudah bertugas membangunkan warga. Sementara Maruk, Agi dan Kamil hanya bersender pada badan dinding lapuk. Terdapat pula poster festival kemerdekaan beberapa tahun lalu yang sudah lama tidak di ganti, warnanya pucat, sisi poster itu menyibak tutup, dan kata-kata di poster tersebut hanya bersisa ‘HUT’ sehingga tampak begitu lawas dan lecek.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun