Kali ini Putu Wijaya menampilkan sebuah elaborasi tiga naskah yang dimainkan dalam tiga babak, di mana tiga naskah tersebut mempunyai keterhubungan tematik antara yang satu dengan lainnya.
Beliau juga masih ikut bermain dengan duduk di kursi roda, dan setelah pertunjukan hampir dua jam itu usai, para penonton menyerbu ke atas panggung, untuk bertanya dan foto bersama dengan para pemain dan tentu saja dengan Putu Wijaya.
Pementasan berjalan dengan mulus disaksikan penonton yang nyaris memenuhi gedung teater, para pemain pun juga terlihat intens sejak awal hingga akhir. Monolog pada awal dan di ujung pertunjukan dengan nada sosial kekinian terasa menggugah, penuh dengan ucapan dan kalimat perdamaian yang bersumber dari konflik internal dan eksternal, menyinggung suasa yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari.
Â
Di babak pertama pemain memperlihatkan adanya perlakuan yang tak adil terhadap kaum perempuan di masyarakat, sehingga amat diperlukan adanya keseimbangan ataupun kesetaraan.
"Keseimbangan diperlukan agar kehidupan berjalan harmonis, dengan cara memberikan ruang dan kesempatan yang lebih pantas para perempuan sesuai kemampuannya, bukan berdasarkan jenis kelaminnya," tertera dalam buku panduan.
Pada babak kedua, muncul masalah dilematis antara upaya menegakkan keadilan jangka panjang dan berliku, dengan berbagai taktik strategi terlalu rumit yang mungkin bisa mendatangkan kesalah pahaman. Ada sebuah tuntunan praktis masyarakat yang tak sabar lagi menuntut keadilan konkret dengan segera, meski apa pun risikonya. "Ini disebabkan karena mereka sudah terlalu sering ditipu, dibohongi dan dikorbankan," tertera pada sinopsis Peace.
Pada babak ketiga, bercerita tentang betapa bahayanya kalau saja berbagai persoalan atau konflik yang kompleks diselesaikan secara kekerasan. "Perang dengan dalih untuk menjaga atau mengejar perdamaian tidak akan membawa perdamaian. Dalama tidak bisa dicapai dengan perang. Damai hanya bisa dicapai dengan kompak bersatu dalam dan dengan damai," tertera dalam sinopsis.
Selebihnya, pementasan ini sangatlah mendebarkan dan membuat para penonton sesekali pecah tepuk tangan di setiap babaknya.
Berikut adalah susunan tim produksi pementasan "Peace":
Karya dan Sutradara: Putu Wijaya
Pemain: Uliel el Na'ama, Ari Sumitro, Rukoyah, Penny Moehadji, Agung, Jais Darga, Taksu Wijaya, Acong, Imron, Ramdan, Cahya, Wlvis Ticoalu, Cok Ryan Hutagaol.
Grafis: Umbu LP Tanggela
Pimpinan produksi: Dewi Pramunawati