Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola

Dream Comes True

1 Agustus 2021   20:39 Diperbarui: 1 Agustus 2021   21:04 194 1
Dream Comes True

oleh : abd aziz


Artinya mimpi bisa menjadi kenyataan. Banyak buktinya salah duanya ada di dunia sepakbola. Banyak pemain yang sekarang top dulunya dimulai dari sebuah mimpi.

Setelah mimpi langkah selanjutnya adalah berlatih keras ( maksudnya sungguh-sungguh). Kalau punya mimpi tapi diam saja di rumah ya tidak bisa apa-apa juga.

Jadi setelah mimpi harus punya planning. Kalau anak kecil yang bermimpi apakah dia sudah punya planning.

Pasti belum. Anak kecil cuma punya semangat saja. Semangatnya beda dari yang lain-lainnya.

Pelatih, orang tua dan orang-orang yang cinta bola lah yang mengarah kan.

Melihat anak semangat latihan dan ketika ditanya punya cita-cita menjadi pemain sepak bola maka itu jadi tanggung mereka  ( baca: pelatih, orang tua dan para pencinta bola)  untuk membantu si anak mencapai mimpinya.

Waktu Mbappe remaja Zidane sengaja mengundangnya ke Real Madrid untuk berlatih bersama dengan Ronaldo waktu itu.

Waktu itu dan sampai sekarang Mbappe mengidolakan Ronaldo.

Zidane sebagai pelatih  tahu harus berbuat apa terhadap seorang anak yang punya cita-cita menjadi pemain sepakbola.

Dia mengarahkan,  memberi inspirasi dan pengalaman kepada seorang anak tentang dunia yang akan di laluinya.

Sekarang Mbappe jadi pemain yang sukses. Real Madrid berharap dia mau pindah ke Spanyol.

Untuk kejadian ini saya jadi ingat Tristan Alif yang ghirohnya untuk jadi pemain sepakbola mentok ( sementara) di tangan Bima Sakti.

Pelatih Nasional U-16 itu bukan memberi tempat tapi malah menolaknya. Sungguh tindakan yang tidak terpuji.

Apakah kita  tahu tentang masa depan seorang anak yang baru berumur 15 tahun. Pasti tidak tahu.

Yang harus dilakukan oleh pelatih adalah memberi kesempatan titik.

Itu tugas dan kewajiban yang di emban oleh seorang pelatih terutama,  orang tua dan orang-orang yang cinta bola.

Berdampak Buruk
 
Penolakan oleh Bima tidak otomatis menutup jalan buat seorang Tristan. Masih banyak jalan menuju Roma.

Tapi Tristan adalah publik figure. Kemampuannya mengolah bola sudah di akui dunia. Dan publik melihat dia sebagai wakil dari generasi  yang bercita-cita menjadi pemain bola.

Seharusnya Bima dengan jiwa besar mau menampungnya.

Karena penolakan terhadap Tristan bisa diartikan negatif.  Bisa diartikan menutup pintu bagi anak-anak lain yang punya mimpi menjadi pemain bola.

Benar kata Gordon Strachan mantan pemain Irlandia. Butuh orang baik untuk menciptakan seorang pemain sepakbola.

Mimpi ternyata tergantung lingkungan sekitarnya.

Tapi jangan takut untuk bermimpi. Karena dream always come true.

Perjalanan Yang Singkat

Disini perlu kita garis bawahi bahwa seorang Mbappe tidak butuh waktu lama untuk jadi pemain sepakbola.

Di umur 17 tahun dia sudah main untuk Monaco, kemudian sekarang PSG dan team nasional.

Artinya klub berperan penting dalam mengembangkan pemain.


Di klub anak-anak itu mendapat pelatihan sepakbola yang benar. Setelah itu mereka diikutkan dalam kompetisi sesuai kelompok umur.  

Tidak perlu ada kompetisi tambahan dari instansi pemerintah dan swasta.

Dan bagi yang berprestasi bisa masuk team senior. Setelah itu bisa masuk team nasional. Singkat.

Pertanyaannya apakah Mbappe berbakat. Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tapi yang jelas dia punya mimpi untuk bisa menjadi pemain sepakbola.

Sama seperti Tristan Alif disini. Dan bagi klub itu sudah cukup.

Selanjutnya pengembangan pemain itu ada di klub.

Klub punya sumber daya yang lengkap untuk memoles pemain  menjadi pesepakbola profesional yang cerdas.

Sehingga klub menjadi wadah    bagi anak-anak untuk  mewujudkan mimpinya.

Itulah sistem pengembangan sepakbola yang benar. ***)

25 Juni 21

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun