Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Temulus Bumi Santri Milenial

24 Februari 2019   12:57 Diperbarui: 24 Februari 2019   13:21 20 0
Sejarah revolusi industri dimulai dari 1.0 ketika mesin uap ditemukan yang pada akhirnya memunculkan mesin-mesin untuk produksi yang menggantikan tenaga manual manusia. Revolusi industri 2.0 terjadi saat muncul tenaga listrik dengan produksi massal dan standarisasi mutu. Revolusi industri 3.0 berjalan saat muncul komputer dan otomatisasi dan selanjutnya revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan digitalisasi manufaktur yang diakibatkan oleh kekuatan komputasi dan konektivitasnya serta kecerdasan b7uatan. Salah satu produknya adalah internet of thing, yang mana segala sesuatu dikerjakan secara otomatis.

Era revolusi industri keempat sebenarnya sudah mulai ditapaki yang ditandai dengan digitalisasi. Salah satunya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, yang semakin berkembang saat ini. Bukan hanya untuk industri, AI juga dikembangkan untuk mempermudah kehidupan manusia. Selain AI, terdapat teknologi lain yang menjadi penopang industri 4.0, yakni internet of things, human-machine interface, teknologi robotik dan sensor.

Teknologi digital yang salah satunya berwujud dalam bentuk internet mampu memberi solusi pada banyak hal yang sebelumnya mustahil. Apa yang dahulunya susah dijangkau, kini hanya dengan genggaman tangan telah terhubung. Dunia telah menjadi desa global karena apa yang terjadi di satu bagian dunia, bisa secara langsung dihadirkan di bagian lainnya. Upaya pengembangan dari teknologi digital saat ini salah satunya adalah, teknologi kecerdasan buatan (artifisial intelegence) yang memungkinkan komputer atau mesin bisa mengerjakan sesuatu tanpa diperintah manusia. Para ahli mengkategorikan hal ini sebagai bagian dari revolusi industri 4.0

Hadapi persaingan di era persaingan global di era revolusi industri 4.0, pesantren sekalipun mendidik para santri untuk tafaqquh fid dn, juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Direktur Pedidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ahmad Zayadi, dalam kunjungannya ke NU Online baru-baru ini menyampaikan, berdasarkan riset yang dilakukan Kemenag, hanya empat persen dari jumlah santri yang akhirnya menjadi kiai atau ulama. Selebihnya menjalani beragam profesi sesuai dengan minat dan ketersediaan lapangan kerja. Karena itu, bagaimanapun juga para santri harus disiapkan ketika mereka berkiprah di masyarakat.

Bersama Pesantren Temulus dengan Lembaganya SMP Pesantren dan SMK Pesantren Temulus untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dengan visi Berilmu Amaly, Beramal Ilmi, Berbudi Pekerti, Terampil dan Berprestasi. Siap menerima amanah untuk menyantrikan generasi dengan menyelenggarakan pendidikan terintegrasi dengan sistem pendidikan pesantren yaitu aspek tarbiyah ruhiyah (mental spiritual), aqliyah (aspek intelektual), dan jismiyah (life skill) sehingga terbentuk santri yang beriman, bertaqwa, cerdas, berakhlaq dan mandiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun