Mohon tunggu...
KOMENTAR
Beauty

Pemboikotan Pada Kosmetik Indonesia ESQA dan Rose All Day, Sebenarnya Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?

3 November 2023   12:21 Diperbarui: 3 November 2023   12:54 1421 1
Pada Selasa, 30 Oktober 2023, dunia kosmetik Indonesia diguncang oleh peristiwa tak terduga. Dua merek lokal yang cukup populer, ESQA dan Rose All Day, mendapati diri mereka menjadi pusat perhatian pemboikotan massal. Namun, dibalik sorotan yang diterima oleh merek-merek ini, apa sebenarnya yang terjadi, dan apa yang dapat kita pelajari dari insiden ini?

Pemicu pemboikotan ini adalah tindakan pemilik kedua merek tersebut. Melalui akun Instagram pribadi mereka, @angelinacindy dan @tiffyds, keduanya memberikan "like" pada postingan kontroversial yang diunggah oleh aktris Hollywood, Gal Gadot. Postingan tersebut dengan tegas mendukung Israel, lengkap dengan gambar bendera Israel dan tulisan "I stand with Israel." Gal Gadot, yang lahir di Israel, adalah pendukung yang vokal bagi negaranya, terutama dalam konteks konflik Israel-Palestina.

Akibat kontroversi ini, banyak wanita Indonesia mulai menggalang aksi pemboikotan terhadap ESQA dan Rose All Day. Mereka merasa bahwa tindakan pemilik merek tersebut adalah tidak dapat diterima, terutama dalam konteks konflik yang berkecamuk di Palestina. Pemboikotan dianggap sebagai cara untuk mengekspresikan solidaritas dengan Palestina dan sebagai tekanan kepada perusahaan kosmetik ini untuk tidak mendukung apa yang dianggap sebagai tindakan yang kontroversial oleh Israel.

Namun, pada Selasa, 30 Oktober 2023, pemilik ESQA, Angelina Cindy, dan pemilik Rose All Day, Tiffany Danielle, memutuskan untuk meminta maaf. Angelina Cindy menegaskan bahwa dia tidak mendukung genosida atau perang dan berharap agar konflik segera berakhir. Demi alasan ini, dia meminta maaf melalui komentar di akun Instagram ESQA. Sementara itu, Tiffany Danielle mengakui bahwa dia tidak mengetahui tentang konflik tersebut hingga menjadi viral di media sosial, dan dia merasa sangat menyesal atas tindakannya. Permintaan maaf ini disampaikan melalui Instagram Story pribadinya.

Kejadian ini memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, itu menyoroti betapa berkuasanya perilaku individu di media sosial dan dampaknya pada merek. Tindakan kecil seperti "like" di platform media sosial dapat memicu respons besar dan dapat mempengaruhi reputasi suatu merek.

Kedua, itu menunjukkan pentingnya dialog dan pendidikan dalam menghadapi isu-isu sensitif. Meskipun pemboikotan bisa menjadi alat yang efektif untuk menyuarakan ketidaksetujuan, pendidikan dan diskusi terbuka juga merupakan kunci untuk memahami beragam sudut pandang dan mencapai perubahan yang positif.

Kejadian ini juga mempertimbangkan konsekuensi yang lebih luas. Tindakan pemilik merek tidak selalu mencerminkan pandangan resmi dari merek tersebut. Produk lokal seperti ESQA dan Rose All Day juga berperan dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Pemboikotan bisa berdampak pada stabilitas pekerjaan para karyawan dan pekerja dari ESQA dan Rose All Day. Mereka yang tidak terlibat dalam tindakan pemilik merek mungkin akan merasa terkena dampaknya. Ini menggarisbawahi kompleksitas situasi semacam ini dan memunculkan pertanyaan tentang bagaimana konsumen bisa lebih bijak dalam mengekspresikan ketidaksetujuan mereka.

Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kekuatan konsumen untuk membawa perubahan tidak bisa diabaikan. Namun, kita juga perlu mempertimbangkan dampak dan implikasi yang lebih luas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun