KH Ahmad Warsun Munawwir, telah meninggal dunia pd Kamis (18/4) pukul 05.00.
Warisan keilmuan berharga yg ditinggalkan beliau adalah Kamus Arab-Indonesia Al Munawwir, yg disebut-sebut sbg kamus Arab-Indonesia terlengkap hingga kini, dg tebal mencapai 1.634 halaman.
Kamus tsb disusun sejak KH Warsun masih jadi santrinya KH Ali Maksum di Ponpes Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, hingga beliau sndri mnjadi guru di Ponpes tsb.
Seperti dilansir Harian Tribun Jogja (19/4), KH Warsun yg berguru langsung kpd KH Ali Maksum menjadi santri yg cemerlang. Sejak usia belasan tahun, ia sudah mampu menguasai pelajaran dari Mbah Ali.
Kamus Al Munawwir diterbitkan pertama kali pada 1984, dan terus mengalami cetak ulang. Tiap tahun, kamus tsb dicetak ulang antara 10.000-15.000 buah, dan kini sudah masuk cetakan ke-14.
Kamus yg kini diterbitkan oleh Pustaka Progressif Surabaya itu hingga kini digunakan oleh ribuan santri yg ingin memperdalam bahasa Arab agar mampu mengerti bahasa berbagai kitab, termasuk kitab kuning.
Almarhum terlahir pada 30 November 1934. Meninggalkan seorang istri Hj. Husnul Khotimah, dan dua anak yaitu H. Fairus Warson dan Hj. Qory Aina yg semuanya adalah hafidz (penghafal Al Quran). Dari keduanya KH. Warsun memiliki 4 cucu.
KH Warsun jg pernah aktif dlm organisasi. Beliau jg berperan dlm mendirikan PKB dan menggagas Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).
Pernyataan beliau tentang kondisi politik skrg :
"Wong maen politik ki ora maksiat ae wis bejo"
(orang bermain politik itu tak berbuat maksiat saja sudah beruntung).
"ojo maneh golek ganjaran, ora maksiat ae wis bejo."
(jangankan cari pahala, tidak berbuat maksiat saja sudah beruntung saat berpolitik).
Jenazah dimakamkan di Donkelan, Bantul, berdampingan dg makam keluarga Ponpes Al Munawwir, pada Kamis sore.
Selamat Jalan, Pak Kyai. Amal baik berharga bagi bangsa ini. Semoga mendapat tempat istimewa di sisi Allah SWT.
Amin
