secangkir kopi dan seiris hati, kunikmati malam ini. kubingkai semua kisah kita, kusajikan dalam pameran terdahsyat, setelah itu aku akan masukan kedalam museum. karena kutahu dalam museum bingkai itu tak kan terawat dan kutahu dalam museum akan menjadi terlupakan, karena kutahu banyak orang menggap museum adalah tempat barang usang. seperti itulah ku ingin kisah kita dalam secangkir kopi dan seiris itu terjadi, menjadi usang, dan terlupakan dalam kenangan.
secangkir kopi dan siris hati, bersatu dalam hitam dan merah. dua warna aneh yang tak mungkin bersatu. kutahu itu semenjak pertama kita bertemu, kuyakinkan hati bahwa tak ada yang berbeda dari setiap sisi makna kehidupan, biar pahitnya kopi membasuh luka di hati, supaya semakin perih terasa.
secangkir kopi dan sirirs hati, hanyalah satu sisi dari banyaknya sisi kehidupan manusia. ini bukan soal kau dan aku tapi lebih dari itu ini tentang kita, kita berdua. bukan soal hati dan kopi ini soal teh sayang. kau tahu kenapa, karena dalam dunia ini tak hanya kopi yang pahit tapi teh juga pahit. ah apa pula ini tak jelas mau kemana tulisan ini berjalan.
setan alas, secangkir kopi dan siris hati kini teronggok sempurna menjadi usang di sudut kamar yang berisi penuh sampah ini, dengarlah angin dengarlah air, bersatulah, jadilah badai. hempaskan dan hancurkan semua yang ada. sajikan kehancuran itu dan barengi dengan tawa yang dahsyat. hancurkanlah, biar selaksa cerita tersaji tentang suka yang berubah duka, kemudian bingkai semuanya dan sajikan di museum supaya menjadi usang, ini bukan tentang aku dan kau tapi tentang kita, karena aku tak suka susu dencow tapi suka susu bendera.
:
There is no distance in friendship