Pengalaman masyarakat malas jika berurusan dengan kantor pemerintah atau pelayanan publik. Masyarakat memiliki pengalaman yang sangat buruk dengan kinerja aparatur pemerintah. Mulai urusan pendidikan, mau masuk sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi  harus nyogok baru dapat kursi di kelas. Setiap masa penerimaan siswa baru sering kali diangkat berita aksi orang tua dan tangisan ibu-ibu yang anaknya tidak bisa masuk sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Bahkan belakangan ini banyak dibongkar kelakuan rektor atau guru besar atau profesor terima sogokan. Mengerikannya lagi sekarang banyak sekolah atau perguruan tinggi yang menjual gelar hingga guru besar (profesor).Semua Urusan Musti dengan Yang Tunai atau sering di singkat SUMUT, demikian kritik lama tentang korup dan buruknya kinerja aparat pemerintah. Memang begitulah kenyataannya, tidak ada urusan dengan aparat pemerintah yang bebas dari uang tunai alias sogokan atau gratifikasi. Begitu pula berurusan dengan aparat hukum mulai dari kepolisian hingga pengadilan. "Kami tidak mau berurusan dengan aparat hukum. Lapor kehilangan kambing maka kita akan tanpa kehilangan sapi jika berurusan dengan aparat hukum. Coba bayangkan sudah satu tahun laporan kami tidak ditangani oleh polisi. Ambil berkas putusan saja di pengadilan negeri harus bayar uang ketik dan foto copy.", masyarakat menyindir korupnya aparat penegak hukum di Indonesia. Ada juga pegawai Kementerian Kesehatan yang menjual rencana kebijakan  dengan industri yang harusnya diawasi.
Kondisi buruknya pemerintahan atau buruknya pelayanan publik sekarang ini adalah produk aparatur pemerintahan Indonesia yang korupsi dari level bawah sampai atas. Aparatur pemerintahan masih tidak baik alias sangat buruk perlu ketegasan bahkan  tangan besi untuk memperbaiki kondisi korupnya aparat pemerintahan di Indonesia. Memang pemimpin yang yang baik dan bersih harus berani tegas dan bahkan pakai tangan besi untuk mencambuk anak buahnya agar bekerja bersih dan tidak korup melayani masyarakat.
Tindakan tegas dan tangan besi memang tidak populer karena mudah dipelintir sebagai bahan menjatuhkan pemimpin yang bersih tidak korup. Jika aparat pemerintah atau anak buah malas dan korup, berarti dia melihat bahwa pemimpin yang ada atau sebelumnya korup. Ketika mereka berhadapan dengan pemimpin yang bersih dan tidak korup, bertindak tegas dan tangan besi maka mereka para aparat itu protes serta memfitnah pemimpinnya yang bersih dan tidak korup. Hanya pejabat  korup yang tidak berani bersikap tegas dan bersih. Para aparat menyebar isu  memplintir isunya jadi bahwa pemimpinnya dikatakan tidak punya hati nuranilah atau melanggar HAM lah. Aparat keparat, sikat dan pecat agar terjadi perubahan mental dan kinerja pelayanan publik serta bangsa ini maju.Perdana Menteri Singapura pertama adalah Lee Kuan Yew. Ia menjabat sejak 5 Juni 1959 hingga 28 November 1990. Lee Kuan Yew merupakan perdana menteri Singapura dengan masa jabatan terlama. Di masa ia menjabat, ia berhasil membawa Singapura dari yang awalnya hanyalah seonggok jajahan mahkota Inggris menjadi negara Dunia Pertama. Lee Kuan Yew konon memulai pemerintahannya, sebagai pemimpin dia menggunakan kepemimpinan yang tegas, bersih dan menggunakan tangan besi serta tidak cengeng. Cara Lee Kuan Yew  itulah yang membawa Singapura menjadi negara maju dan nomor satu di dunia. Coba lihat itu, pejabat dan aparat di Cina. Ketika rapat atau bekerja tidak ada yang ngobrol satu sama lain dan main HP apalagi main game. Mau ditembak mereka sama presidennya? Negeri ini sudah dikuasai oleh pejabat, aparat dan orang-orang korup maka diperlukan ketegasan, ketegasan dan tangan besi memperbaikinya.
Tidak cukup motivator tapi harus juga Tangan Besi memperbaiki negara dan bangsa ini. Nah Indonesia mau kita biarkan dikuasai oleh aparat atau pekerja pemerintahan yang korup dan malas-malasan juga semaunya? Mau dibawa kemana negara ini dan bangsa ini?
Jakarta, 21 Januari 2025
Dr. Azas Tigor Nainggolan, SH, MSi, MH.
Advokat di Jakarta.