Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Tak Rela

28 Desember 2020   10:39 Diperbarui: 28 Desember 2020   11:02 99 7
Tak Rela

Nak, bagaimanapun juga, kau tetaplah bocah. Yang dulu telanjang dan kumandikan, dengan tanganku sendiri.

Ingatkah kau? Dulu kau bilang akulah cintamu satu-satunya. Dulu kau bilang, akulah segalanya.

Dulu kau selalu terbangun jika aku tak lagi tidur di sampingmu. Kala kemudian kau bersamaku, di sampingku, mengikutiku bersujud di sajadah usang itu, tiap pagi buta. Kau selalu begitu. Bila aku pergi, bahkan sebentar saja. Kau selalu menangis.

Betapa aku selalu merindukan hari-hari bahagia itu. Hari dimana kau dan aku selalu bersama sepanjang hari. Betapa aku selalu merindukan rengekanmu, tingkahmu yang lucu, kenakalanmu yang kemudian kadang membuatku tak sadar diri dan mengamuk, menakutimu, membuatmu luka. Namun aku tetaplah menyayangimu.

Ingatkah kau semua itu, Nak?

Ketika kau beranjak dewasa dan sering tak di rumah, aku selalu mencemaskanmu. Bocah lelaki kecilku. Kau jadi lebih sering pergi, bersama teman-temanmu. Kau tak lagi sering tidur di rumah.

Meski barangkali kau jengah dengan segala ocehanku, aku tahu, Nak. Tapi semua itu aku lakukan karena aku menyayangimu.

Sampai kemudian kau putuskan untuk kawin. Aku tahu hari ini akan datang. Hari di mana seorang gadis akan membawamu pergi. Pergi jauh dariku. Bagaimanapun juga. Aku tetaplah mendoakanmu. Bagaimanapun kau di sana, semoga kau tetap sehat senantiasa.

Maafkan jika aku kadang turut serta bicara perihal banyak hal. Maafkan jika terkesan aku turut campur akan kehidupanmu.

Yah, Barangkali aku belumlah rela, kau pergi bersama gadis itu. Takut kau akan menjauh dan melupakanku. Melupakan segala kenangan kita bersama. Sedang aku tau, kau akan pergi juga pada saatnya. Dan aku tidaklah rela. Tak pernah rela.

***

Cipayung, 28 Desember 2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun