Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wisata Religius " Menengok Makam Murid Pertama Kalijaga"

3 Januari 2013   08:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:34 271 3

Perjalana saya di siang yang terik ini terhenti pada sebuah tempat keramaian. Hal ini menarik rasa penasaran saya untuk menuju tempat tersebut. Puluhan bus bus pariwisata berplat luar kota Klaten berbondong- bondong menuju tempat tersebut. Setiap kali saya melewati tempat tersebut, selalu saja tempat tersebut sangat ramai dikunjungi wisatawan. Walaupun letaknya tidak berada di kota melaikan di daerah pinggiran, yaitu Bayat, Kalten, Jawa Tengah. Akses jalan menuju tempat tersebutpun tidak cukup bila dilewati dua bus pariwisata yang saling berpapasan. Jalannyapun juga sedikit bergeronjal. Rasa penasaran membawa saya untuk memasuki tempat tersebut. Dari gapura masuk terlihat kurang luas hanya mampu dilewati satu bus saja, namun ketika masuk kedalam gapura terdsebut, puluhan bus berderet – deret parkir ditempat tersebut. Rasa penasaran saya bertambah dan membuat saya untuk masuk ke tempat itu.

Ketika menuju loket pembayaran tiket, terdapat tulisan besar yang terpampang di sebuah dinding besar “Makam Sunan Padan Arang”. Hal ini menambah rasa ingin tau saya, siapakan Sunan Pandan Arang dan mengapa banyak orang mengunjungi makamnya. Setelah mebeli tiket seharga Rp 1000,00. Rentetan tangga panjang ada dihapadan saya, menurut penjaga tiket, saya harus menempuh kurang lebih 250 tangga untuk menuju makam Sunan Pandan Arang. Dikanan kiri sepanjang tangga banyak sekali orang-orang yang berjualan oleh-oleh kerajinan Bayat dan oleh-oleh makanan lainya.

Sebelum memasuki sebuah gapura pertama menuju anak tangga selanjutnya para pengunjung diharuskan untuk melepas alas kaki mereka, kerena untuk memasuki area selanjutnya merupakan area yang dianggap suci. Ketika akan memasuki area tesebut saya di temani oleh rombongan yang kebetulan mereka akan berziarah ke makam Sunan Pandan Arang. Para rombongan berasal dari berbagai daerah tidak hanya berasal dari luar Jawa Tengah saja namun ada rombongan yang berasal dari sebrang pulau yaitu provinsi Lampung.

Menurutbuka panduan yang saya beli di sebuah tempat penitipan alas kaki, gapura pertama yang saya lewati ini adalah gapura Segara Muncar yang merupakan salah satu gapura peninggalan Sunan Pandan Arang. Setelah memasuki gapura ini terlihat makam – makam yang konon merupakan makam para santri Sunan Pandan Arang kata penjaga loket tiket tadi. Ketika masuk lebih dalam kita akan menjumpai kurang lebih 6 gapura yang mana 4 dari gapura tersebut terbuat dari bebatuan yang disusun menyerupai gapura sebuah candi. Sebelum melewati gapura paling akhir, pemandangan indah nampak didepan mata. Barisan pegunungan yang indah dapat dilihat secara langsung. Ternyata makam ini berada disebuah pegunungan. Menurut buku panduan saya baca pegunungan ini adalah gunung Cokro. Dari sini kita bisa menikamti keindahan pegunungan yang berada di sekitar gunung Cokro ini, kita dapat merasakan kesejukan angin yang sepoi-sepoi dan dari sini terlihat kota Klaten – Jogja – Surakarta sejauh mata memandang .

Tiba di gapura paling atas yaitu Regol Sinaga sebelum menuju makam Sunan Pandan Arang, terdapat dua buah gentong. Gentong Sinaga, banyak orang yang mengambil air dari gentong tersebut dan meminumnya, entah tujuan dari meminum ari itu sebdiri saya juga belum tau. Memasukigapura Regol Sinaga terdapat sebuah ruangan yang pintunya sangat pendek sehingga orang dewasa harus menunduk melewatinya, mungkin tujuannya agar sebelum memasuki makam orang-orang harus menundukan kepalanya sebagai rasa hormat. Alunan doa – doa terdengar saling bersatuan, disetiap sudut nampak orang-orang sedang melantunkan doa-doa mengelilingi sebuah bilik besar yang diselimuti kain putih. Ternyata di balik bilik tersebut merupakan tempat dimana Makam Sunan Pandan Arang. Disekitar makam Sunan Pandan Arang terdapat pula makam- makam yang berada di kanan kirinya, makam tersebut merupakan makam kedua istri tercintanya dan makam para kerabatnya.

Puas berkeliling melihat makam Sunan Pandan Arang, rasa penasaran saya bertambah. Setelah mencari informasi tentang Sunan Pandan Arang saya mulai mengerti Sunan Pandan Arang merupakanmurid pertama salah satu walisongo yaitu Sunan Kalijaga. Kerana beliau diangkat oleh Sunan Kalijaga menjadi murid pertamanya maka namanya sejajar dengan para sunan dengan sebutan Sunan Bayat atau Ki Ageng Pandan Arang. Konon menurut cerita pada pemerintahan Prabu Brawijaya majapahit yang ke V merupakan zaman peraliha yaitu dimana islam mulai mengembangkan sayapnya, demi kemajuanya tak luput kerajaan Majapahit menjadi sasaranya. Akhirnya kerajaan Majapahit terdesak dan Prabu Brawijaya pergi dari kerajaan yang pada saat itu beliau masih menganut agama Hindu. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Sunan Kalijaga dan disarankan untuk pergi ke Semarang dan menjadi BupatiSemarang. Di Semarang inilah beliau dididik oleh Suan Kalijaga dan diberi sebutan Ki Ageng Pandan Arang atau Suna Pandan Arang.

Sekilas merupakan pengalaman saya mengunjungi Makam Sunan Pandan Arang. Semoga info tadi bermanfaat dan bila berminat silahkan mengunjungi makam tersebut sembari wisata religi.

Sumber: Buku panduan wisata.

Informasi penjaga tiket.

Dokumentasi: Milik pribadi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun