Luweng Musuk adalah sebuah goa vertikal yang terletak di Kabupaten Pacitan. Tepatnya di di Dusun Luweng Songo, Desa Bomo, Kecamatan Punung. Untuk pergi ke sana, dari kota Pacitan kita menuju ke arah Solo kemudian berbelok ke arah selatan mengikuti papan petunjuk menuju goa Gong. Perjalanan dari pusat kota Pacitan memakan waktu sekitar dua setengah jam menggunakan kendaraan pribadi. Dan ketika telah sampai di perempatan menuju goa Gong, dilanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke arah barat sejauh 2 km dengan medan jalan berbatu diselingi aspal berlubang.
Tapi ini bukan cerita tentang Luweng Musuk, goa vertikal yang akan dirayapi oleh para gadis yang akan saya ceritakan. Ini adalah cerita para perempuan perut bumi. Para wanita yang mencintai gelap dan dinginnya relung bumi, mencari istana bawah tanah.
Goa memeliki pendar pesonanya sendiri. Ia menyimpan misteri adaptasi biota endemiknya yang menanggalkan kemampuan penglihatan akibat ketidakadaan cahaya serta kulit yang memucat. Goa adalah tempat bernaung ratusan kelelawar yang menhasilkan guano, pupuk berharga untuk petani berupa kotoran mamalia terbang ini. Gua juga berkilau dengan ornamen megah yang membentuk gourdyn, stalagtit, stalagmite, pillar, column dan banyak bentukan lain. Semakin ke dalam, semakin kaya misteri yang diungkapkannya.
Tapi di sana letak bahayanya, rasa penasaran. Sering dikatakan seorang penelusur harus mengetahui batas kemampuannya dan menyisakan setengah tenaga yang tersisa untuk kembali. Para penelusur ini tak hanya memiliki kemampuan fisik dan keberanian, mereka juga dibekali pengetahuan rumitnya tali-temali bersanding macam peralatan logam. Dan Universitas Negeri Malang memiliki para penelusur gua yang handal dari berbagai jurusan. Mereka tergabung dalam komunitas Mahasiswa Pecinta Alam Jonggring Salaka.