DALAM beberapa hari terakhir, publik dibuat terperangah oleh kemunculan produk-produk dengan label halal yang tampaknya menantang logika dan moralitas. Bayangkan saja, produk dengan nama-nama seperti "wine," "beer," bahkan "tuyul" dan "tuak" kini mendapat sertifikat halal resmi. Kasus ini sontak memicu kontroversi, bukan hanya tentang aturan halal itu sendiri, melainkan juga bagaimana komodifikasi agama bisa terjadi di tengah tuntutan pasar. Di sinilah pertanyaan besar muncul: apakah stempel halal kini telah terjebak dalam jerat komersialisasi?
KEMBALI KE ARTIKEL