Ketika menulis kalimat ini saya ingin tertawa sekaligus berkaca-kaca.Langsung terbayang di ingatan saya akan wajah-wajah orang yang baru saya kenal 4 bulan ini tapi begitu dekat di kehidupan saya sekarang. Tidak heran...mereka ada di 24 jam hari-hari saya. Mereka adalah teman-teman saya di kehidupan baru saya di Jakarta.
Sebagai seorang anak muda yang “menyasarkan” diri untuk menempuh ilmu di kota baru, sendirian pula, saya menemukan sosok-sosok hebat yang kini menemani hari-hari saya. Kami dipertemukan di sebuah rumah yang kami tempati bersama dan dari sinilah mulai tumbuh persahabatan diantara kami. Kegilaan yang kemudian muncul ketika sikap sok jaga image mulai luntur membuat saya merasa dekat dan kangen pada mereka.
Salah satu “dosa” yang baru saja kami buat makin membuat saya kangen mereka. Ketika itu kami bertiga memutuskan untuk mencari barang yang kami inginkan di salah satu pusat perbelanjaan ibukota. Saat itu kami berjanji untuk tidak menghabiskan waktu (dan uang tentunya). Tapi sayangnya, kami sama sekali tidak bisa menjaga janji itu. Yang jelas, saya terpaksa harus melewatkan kelas matrikulasi saya kala itu. Tapi yang terparah adalah kami menghabiskan waktu lebih dari 6 jam untuk berputar-putar tanpa arah disana.
Yang membuat kami lebih dosa lagi adalah ketika salah satu diantara kami harus berkali-kali “tersangkut di titik-titik panas” yang menjanjikan adanya SALE di dalamnya. Awalnya kami hanya mengeluh melihatnya begitu gila diskon. Soalnya tidak hanya sekali dia menghilang gara-gara godaan itu.Tapi lama-lama kami terseret dalam arus diskon itu hingga kami seperti orang kesetanan kala melihat ada poster-poster diskon terpampang. Pokoknya tiap ada sinyal murah itu muncul, kami pasti berhenti walau hanya sekadar numpang megang. Kami bahkan sampai lupa makan, tugas, kuliah, bahkan hari apa itu juga lupa. Parah banget....
Hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri dosa hari itu. Ternyata hanya rasa lapar yang bisa membuat kami menyerah dan kami memutuskan untuk mengisi amunisi di pinggir jalan raya padat merayap. Ya, maklum anak kost, niatnya cari makan murah (Padahal udah buang-buang duit hari itu). Di lapak penjual nasi goreng itu mulai muncul “penyesalan-penyesalan” akan kekhilafan hari itu. Lalu tanpa sadar mengalirlah obrolan kami akan keluarga kami yang nan jauh di sana. Akan cita-cita kami, mimpi-mimpi sampai balik lagi, deh...utang-utang kami...
Saat akan pulang, kami ternyata membuat kesalahan besar dan memperparah dosa kami dengan memutuskan naik taksi di tengah kemacetan. Langsung aja rasa cemas akan melambungnya argo menyergap dan kami udah gak bisa ngapa-ngapain lagi selain pasrah dan berdoa supaya Jakarta gak banjir (kalau gak, makin mahal aja kita harus bayar). And finally, setelah perjalanan panjang nan mahal, kami sampai di kampus lagi. Menghabiskan waktu wi-fi-an gratis dan tetap mengumbar aib kami hari itu dengan ketawa-ketawa gak jelas mengomentari status facebook tentang hari itu.
Hari itu benar-benar menyenangkan dan sejenak membuat saya lupa akan tugas-tugas nyaris kadaluarsa yang berceceran. Rasa sayang saya (lebay) makin dalam dan saya memutuskan untuk menjadikan mereka “pacar” saya. Pacar dalam berbagi duka, suka, makan, jajanan,ruang, dan pengalaman hidup , yang tentunya akan saya lalui dengan mereka, paling tidak 3 tahun ke depan.
Mungkin pertemanan ini baru saja dimulai, tapi saya sungguh berterimakasih pada mereka, yang telah membantu saya untuk hidup di kota yang keras ini. Membantu saya untuk tersenyum di tengah tuntutan hidup yang mencekik. Membantu saya mengurangi rasa depresi saya akan kerinduan pada keluarga. Dan yang paling penting membantu saya untuk hidup sebagai anak muda yang gila dan tetap berbahagia. Thanks to Niken and Rona, my Java Flava. :-)