Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Saya (Sedang) Berpikir Memikirkan Pikiran

11 September 2012   14:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 229 0
Ada apa dengan pikiran saya? Kenapa jadi begini-begitu pikiran saya?

Ya, selasa sore tadi, bersama "teman seperjuangan" saya; iseng2 membaca kembali hampir seluruh komentar dan postingan2 saya, entah itu di sebuah milis, group, atau forum2 spiritual keagamaan dan semacamnya.

Sekian menit berlalu. mendadak seperti digedor martil godam yang menghantam pikiran saya; merasa bahwa selama ini, saya tak lebih dari seorang Munafik! Bagaimana bisa dibilang tidak? Saat itu Saya sangat terobsesi dan begitu bangganya menceritakan tentang apapun yang masih berkaitan dengan agama yang saya yakini.  Sementara, bathin saya (hampir) menolak argumen2 yang sering saya kemukakan. Jika demikian, bagaimana saya bisa disebut islam yang kaffah (keseluruhan/ lahir dan bathin)?

Jadi, Selama ini saya hanya memakai topeng. Selama ini saya hanya mampu lips service doang. Ritual2 keagamaan yang saya lakukan selama ini tidak merubah saya untuk menjadi sebagaimana yang diajarkan oleh agama. Sementara saya tetap saja menikmati film 18 up . Masih saja tetap berbuat keji kepada sesama entah itu terlihat atau tidak. lantas, Apa namanya ini jika bukan munafik?

Dengan lantang dan bergelora Saya memplokamirkan ngalor-ngidul bahwa Tuhan itu begini dan begini, Tuhan itu tidak begini dan begitu. lalu Nabi Muhammad itu demikian dan demikian. Tak ketinggalan pula Kitab Suci Al-Quran, serta dongeng2 surga-nerakanya. Secara umum, kita sudah mengerti begini begitu tadi, sekian muslim didunia ini telah sama2 tahu tentang yang demikian2 itu.

Simpul besarnya, bahwa Islam adalah Agama Rahmatan Lil alamin yang memiliki kitab terakhir dan sempurna yang diturun langsung dari Allah SWT secara bertahap melalui utusannya yakni Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang sempurna, layak dicontoh bagi semua umat manusia didunia. Dan masih banyak lagi kisah2 lainnya yang sangat hebat.

Ada apa dengan pikiran saya? Kenapa jadi begini-begitu pikiran saya?

Nah, sejenak saya merenung perihal itu. Tak begitu lama 'pikiran nakal' sayapun mulai merecokinya lagi. Semacam dengungan berfrekuensi tinggi yang tiada habisnya. Plak.. Tamparan itu kembali lagi menghantam pikiran saya.

Bagaimana saya bisa sedetail itu mengetahui tentang Tuhan, segala sifat dan keberadaanNya? Bagaimana saya Tahu Bahwa Muhammad Pernah ini dan pernah itu. Tuhan Maha Pengasih. Tuhan Maha Ini Maha Itu. dari mana saya tahu?

Memang, saya mengenal istilah serba Maha itu dari ceramah dan khotbah2 agama. Dan secara estafet kemudian merujuk pada Kitab Suci Al Quran serta buku2 islami koleksi saya. memang betul, yang ditulis dalam buku yang saya baca itu mungkin tidak keliru. dalam konteks tidak keliru yang saya maksudkan adalah penulisannya tidak ada yang salah, misalnya, (salah ketik, kekurangan huruf, kertasnya robek. dlsb,) Tapi jujur saya belum membuktikan dan merasakannya. Saya belum pernah bertemu dengan Tuhan. Belum pernah mendengar Tuhan mengucapkan semua yang tertulis pada Kitab Suci. serta mengamati langsung firman2nya ini dan itu kepada nabi2 yang dipilihnya.

Ketika saya katakan, Misalnya, Tuhan itu Maha Tahu. pikiran dan hati kecil saya kemudian bertanya, darimana saya mengetahui bahwa Tuhan itu Maha Tahu? Apakah saya melihat dan merasakan bahwa Tuhan itu mahluk besar berjenggot yang suka ngintip ke bawah, ke alam manusia?

Dan lagi, ketika saya memikirkan manakala Tuhan itu Maha Adil. Tapi saya kebingungan ketika pikiran dan hati kecil saya berkata, dari mana saya tahu bahwa Tuhan itu Maha Adil? Apakah saya pernah bertemu dengan Tuhan? Lalu melihat dan merasakan tindakan Tuhan adil?

Jika saya melihat alam bergerak siklus secara konstan, kenapa saya dengan berani mengatakan bahwa itu made in Tuhan yang Maha adil? Kapan saya melihat Tuhan melakukannya? Apakah Tuhan hanyalah konstruksi pikiran, sebuah postulat atau pengandaian yang dibangun oleh manusia itu sendiri?

Sekarang kepada Sang Nabi. Apakah saya pernah hidup sezaman dengan beliau? sehingga saya bisa menceritakan dengan rinci kisah hidupnya, mengamati gerak-geriknya, cara berucapnya, cara beliau memecahkan masalah, cara beliau menguasai emosi ketika dihina, dipuji, dicerca?

Untuk itu bagaimana saya tahu benar bahwa kisah-kisah yang beredar selama ini dikalangan penganutnya adalah kisah sebenar-benarnya? Bukankah itu sangat mungkin bahwa kisah-kisah tentang kehidupan beliau telah mengalami bias, pengurangan, pelebih-lebihan dan reinterpretasi sesuai dengan sudut pandang si pembawa kisah? Bukankah, ada masa-masa panjang dimana tradisi lisan membentuk kisah-kisah kehidupan beliau?

Ada apa dengan pikiran saya? Kenapa jadi begini-begitu pikiran saya?
Apakah saya masih setengah matang tentang filsafat?
Apakah karena filosofi egoisme saya yang dibangun Islam dan Allah?
Apakah karena saya terlalu banyak membaca karya makhluk-makhluk "kurang ajar" yang sudah menghajar pikiran saya selama ini? Yang banyak diantara para pembacanya mengatakan bahwa Dialah para Algojo pembunuh Tuhan. Dialah Marx, Nietzche, Sartre, Freud, Derrida, Russel, dan seterusnya? Meski saya tak mengenal mereka, mungkin, "panca indra"  saya sedikit mulai berfungsi.

Terima Kasih.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun