Buku atau kitab Ihya Ulumuddin tulisan Abu Hamid Al-Ghazali (adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Alghzali)merupakan sebuah buku leteratur sebagian besar Umat Islam di Indonesia, menjadi materi pelajaran seluruh pondok pesantren tradisional di Indonesia. Hingga menjadi sumber rujukan akademisi dalam resonansi filsafat dengan segala jenisnya. Mulai dari kalangan ulama tradisional hingga kalangan intelektual Islam yang tergabung dalam Islam Libral, menyebut Al-Ghzali sebagai bapak Filsafal dan Hujjatul Islam. Memang Al-Ghzali adalah fenomena menarik, memukau dan menakjubkan dalam al mengolah kata. Seolah untaian kalimat yang disusun beliau merupakan Inspiarasi wahyu, terlebih menelaah bahasan yang mencakup segala bidang, sangat mengesankan kalau Imam Ghazali pantas mendapatkan Predikat "Hujjatul Islam" (argumentasi Islam).
Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada beliau, sebenarnya imam Ghazali dalam hal aqidah terpasung pada pemikiran Wihdatul Wujud (penyatuan tuhan dan Manusia) ta'wil dan ta'til sehingga beliau fasad (rusak) pemahamannya terhadap keberadaan Allah Yang Maha Tinggi diatas arasy-Nya. Konsep pemikiran Al-Ghzali ini menjadi sandaran pokok teologi dalam membahas "Allah" yang mampu segala-Nya dalam filsafat Islam. Akibat fenomena pemikiran Al-Ghzali yang terpengaruh alam yunani dan Asy'ari, meletakkan al-Ghazali sebagai seorang teolog yang bersebrangan dengan para sahabat Nabi. Imam Al Ghazali sendiri tak bisa menghindar dari ta'wil tentang "arah Allah dimana?". Beliau berhujjah dengan konsep asy'ariyah yang menyatakan Allah bersifat "meliputi". Suatu nilai keyakinan kalau Allah Meliputi alam semesta dan isinya, tidak terpisah dari makhluqnya, suatu indikasi kalau Al-Ghzalilah yang menyumbangkan pemikiran di kemudian hari dikalangan dunia Filsafat kalau "Allah Manunggaling Kaula gusti".
Disisi lain buku "ihya ulumuddin al-Ghazali" diliputi ketidak absahan terhadap julukan beliau sebagai "Hujjatul Islam" , karena banyak sumber batil didalamnya yang sangat memprihatinkan dan merusak nilai nilai Islam itu sendiri. Tidak tepat kalau Imam Ghazali disebut sebagai Argumentasi Islam, karena dasar pemikiran al-Ghazali yang bertolak belakang dengan ilmu hadist. Atau bisa di buktikan kalau Imam Ghazali belum selayaknya harus mengenakan jubah "hujjatul Islam". Ketidak telitiannya dalam ilmu hadist menyebabkan beliau menelan mentah mentah semua hadist yang diambil secara serabutan. Menunjukkan kalau Imam Ghazali yang menjadi guru besar dalam dunia filsafat Islam dan diagungkan sebagai tokoh yang menyandang predikat Hujjatl Islam. Sebenarnya adalah penulis biasa yang tidak banyak menguasai ilmu hadist.
Buah karya Imam Ghazali yang bernama "Ihya Ulumuddin" adalah sebuah karya natural yang banyak kesalahannya. Ratusan hadist palsu dan lemah memenuhi buku ini. Mulai dari Mukaddimah hingga bab akhir karangannya, Imam Ghazali tidak pernah bisa menghindar dari hadist hadist lemah dan palsu. Selain hadist hadist yang tidak bersanad, tidak ditakhrij, dan kata kata mutiara yang disebut hadist, terdapat banyak kesenjangan dianatara hadist hadist itu sendiri dengan materi yang dibahas oleh Imam Ghazali. Hebatnya buku ini menjadi kecendrungan kalangan ushuluddin bagian dari diperguruan tinggi Islam, menjadi materi utama mereka dalam mencitrakan "Tuhan" . Yang Jelas betapa seorang Ghazali yang gaungnya maha dahsyat di pelbagai percaturan dunia filsafat, sebenarnya telah membawa para pengagumnya terperosok pada ideologi pemikirannya yang salah.