Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Mencermati Pidato Obama : "Penyerangan Atas Libya", Sebuah Hegemoni Amerika paling Kejam

31 Maret 2011   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:15 394 1

Pada Senin 28 Maret 2011 malam waktu setempat, Presiden Obama menjelaskan soal serangan atas Libya kepada publik. Dia berbicara panjang lebar, membahas tindakan yang dilakukan Amerika dan sekutu di National Defense University, Washington. Berikut pidato lengkap Obama yang dikirim oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat, Selasa 29 Maret 2011 lalu.

"" Selamat malam. Pada malam hari ini, saya ingin memberikan informasi terbaru kepada rakyat Amerika tentang usaha internasional yang telah kita pimpin di Libya – tentang apa yang telah kita lakukan, apa yang akan kita rencanakan, dan mengapa ini penting bagi kita semua.

Saya ingin memulai dengan memberikan penghargaan bagi para pria dan wanita berseragam (tentara) kita yang sekali lagi telah melakukan tugasnya dengan penuh keberanian, profesionalisme dan patriotisme. Mereka telah bergerak dengan kecepatan dan ketangguhan yang luar biasa. Berkat jasa mereka dan jasa para diplomat yang terlibat, sebuah koalisi berhasil terbentuk dan sekian banyak jiwa yang tak terhitung jumlahnya berhasil diselamatkan. Sementara kita berbicara disini, pasukan-pasukan kita saat ini sedang membantu sekutu kita Jepang, menyerahkan Irak kepada rakyatnya sendiri, menghentikan momentum Taliban di Afghanistan, dan mengejar Al Qaeda di seluruh penjuru dunia. Sebagai Panglima Tertinggi, dan seperti juga semua rakyat Amerika lainnya, saya sangat menghargai jasa-jasa para Prajurit, Pelaut, Penerbang, Marinir, dan Penjaga Pantai AS, beserta seluruh keluarga mereka.

Libya terletak tepat di antara Tunisia dan Mesir –dua negara yang telah menginspirasi dunia ketika rakyat mereka bangkit dan mengambil kendali atas takdir mereka masing-masing. Selama lebih dari empat dekade, rakyat Libya telah dipimpin oleh seorang tiran –Muammar Qadhafi. Dia telah merampas kebebasan rakyatnya, mengeksploitasi kekayaan mereka, membunuh orang-orang yang menentangnya baik di dalam maupun di luar Libya, dan meneror orang-orang yang tidak bersalah di seluruh dunia – termasuk warga-warga Amerika yang telah dibunuh oleh agen-agen Libya.

Bulan lalu, cengkeraman rasa takut yang dimiliki Qadhafi atas rakyatnya mulai memudar seiring munculnya harapan kebebasan. Di kota-kota besar dan kecil di seluruh Libya, rakyat turun ke jalan untuk menuntut hak-hak asasi manusia yang mendasar. Dengan satu suara para warga Libya menyatakan, “Untuk pertama kalinya kita memiliki harapan bahwa mimpi buruk selama 40 tahun yang kita alami sebentar lagi akan berakhir.”

Dihadapkan dengan gerakan oposisi ini, Qadhafi mulai menyerang rakyatnya sendiri. Sebagai Presiden, kekhawatiran pertama saya adalah tentang keselamatan para warga kita, jadi kami segera mengungsikan seluruh staf Kedutaan Besar beserta semua warga AS di sana yang meminta bantuan. Dalam jangka waktu beberapa hari saja, kami segera melakukan langkah-langkah untuk merespons agresi oleh Qadhafi ini. Kami telah membekukan aset milik Rezim Qadhafi bernilai lebih dari 33 milyar dolar AS. Bersama dengan negara-negara lainnya di Dewan Keamanan PBB, kami memperluas sanksi-sanksi yang telah ada, mengadakan embargo senjata, dan membuka jalan agar Qadhafi dan orang-orang sekitarnya dapat mempertanggungjawabkan kejahatan-kejahatan mereka. Saya telah menyatakan dengan jelas bahwa Qadhafi telah kehilangan kepercayaan dari rakyatnya dan legitimasinya untuk memimpin, dan saya telah menyatakan bahwa ia harus mundur dari kekuasaannya.

Walaupun dengan adanya kecaman dari seluruh dunia, Qadhafi tetap memilih untuk meningkatkan serangan-serangannya serta meluncurkan sebuah kampanye militer terhadap rakyat Libya. Rakyat-rakyat yang tidak bersalah menjadi target untuk pembunuhan. Rumah-rumah sakit dan mobil-mobil ambulans telah diserang. Para wartawan ditangkap, dilecehkan secara seksual, dan kemudian dibunuh. Persediaan-persediaan bahan makanan dan bahan bakar di tahan. Persediaan air untuk ratusan ribu warga di kota Misratah dihentikan. Kota-kota besar dan kecil ditembaki dengan meriam, masjid-masjid dihancurkan, dan gedung-gedung apartemen diratakan menjadi puing-puing. Pesawat-pesawat jet militer dan helikopter-helikopter bersenjata digunakan untuk menyerang orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk membela diri dari serangan udara.

Dengan adanya tindakan-tindakan brutal dan represif tersebut serta mulai munculnya sebuah krisis kemanusiaan, saya memerintahkan pengiriman kapal-kapal perang ke Laut Mediterania. Para sekutu Eropa juga menyatakan kesediaan mereka untuk menggunakan sumber-sumber daya mereka demi menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi. Kelompok Oposisi Libya dan Liga Arab meminta masyarakat dunia untuk menyelamatkan rakyat Libya. Lewat perintah dari saya, Amerika memimpin sebuah usaha bersama dengan para sekutu kita di Dewan Keamanan PBB untuk menghasilkan sebuah Resolusi bersejarah yang memberlakukan sebuah Zona Larangan Terbang demi menghentikan serangan-serangan udara Rezim Khadafy, serta untuk mensahkan berbagai tindakan yang diperlukan demi melindungi rakyat Libya.

Sepuluh hari yang lalu, setelah kami mencoba untuk menghentikan aksi-aksi kekerasan disana dengan berbagai cara-cara damai, masyarakat internasional menawarkan Qadhafi sebuah kesempatan terakhir untuk memilih diantara menghentikan kampanye pembunuhannya atau menghadapi konsekwensinya. Namun Qadhafi tidak mengindahkannya, sebaliknya kekuatan militernya terus maju menuju kota Benghazi yang dihuni oleh sekitar 700.000 pria, wanita dan anak-anak yang berusaha untuk menggapai kebebasan dari rasa takut.

Pada saat itu, Amerika Serikat dan dunia dihadapkan pada sebuah pilihan. Qadhafi telah menyatakan bahwa ia “tidak akan menunjukan belas kasihan” kepada rakyatnya sendiri. Ia menyamakan mereka dengan tikus-tikus, dan mengancam akan datang dari pintu ke pintu untuk menghukum mereka. Di masa lalu kita semua telah menyaksikan bagaimana ia menggantung warga-warga sipil di jalanan, dan membunuh lebih dari seribu orang dalam jangka waktu satu hari saja. Sekarang kita melihat bahwa kekuatan-kekuatan rezimnya telah tiba di perbatasan kota. Kami sadar jika kami menunggu satu hari saja lebih lama maka Benghazi – kota yang ukurannya hampir sama dengan kota Charlotte di AS – bisa dihabisi dalam sebuah pembantaian yang bisa mengguncang seluruh kawasan tersebut serta menodai hati nurani dunia.

Membiarkan hal itu terjadi tidaklah sesuai dengan kepentingan nasional kita. Saya menolak untuk membiarkan hal itu terjadi. Itulah sebabnya sembilan hari yang lalu, setelah berkonsultasi dengan pimpinan kedua partai di Kongres, saya mengotorisasikan sebuah aksi militer untuk menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang terjadi dan untuk mengimplementasikan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973. Kami menyerang pasukan-pasukan Rezim yang bergerak mendekati Benghazi untuk melindungi kota tersebut dan menyelamatkan penduduknya. Kami menyerang pasukan Qadhafi di kota Ajdabiya yang bertetangga, sehingga kekuatan oposisi dapat memukul mundur pasukan tersebut. Kami juga menyerang alat-alat pertahanan udara miliknya demi membuka jalan untuk ditegakkannya Zona Larangan Terbang. Sasaran kami adalah tank-tank dan aset-aset militer yang telah mengepung dan mencekik kehidupan di berbagai kota. Dan malam ini, saya bisa laporkan bahwa kami telah berhasil menghentikan gerakan maut dari kekuatan Qadhafi.

Dalam usaha ini, Amerika Serikat tidak bertindak sendirian. Bahkan kami telah tergabung dalam sebuah koalisi yang kuat dan terus berkembang. Koalisi ini meliputi para sekutu-sekutu dekat kita – negara-negara seperti Inggris, Perancis, Kanada, Denmark, Norwegia,Italia, Spanyol, Yunani dan Turki – semuanya telah berjuang bersama kami selama berdekade-dekade. Namun koalisi itu juga meliputi mitra-mitra dari negara Arab seperti Qatar dan Uni Emirat Arab, yang telah memilih untuk ikut mengambil tanggungjawab dalam membela rakyat Libya.

Untuk singkatnya: Dalam waktu satu bulan saja, Amerika Serikat telah berusaha bersama para mitra internasional kami untuk menggerakan sebuah koalisi besar, mendapatkan mandat internasional untuk melindungi warga-warga sipil, menghentikan gerakan maju sebuah kekuatan militer, mencegah terjadinya sebuah pembantaian dan menegakan sebuah Zona Larangan Terbang bersama para sekutu dan mitra kita. Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana semua tanggapan militer dan diplomatis ini terjadi dengan begitu cepatnya, kita bisa lihat contoh ketika rakyat Bosnia dibantai secara brutal pada tahun 1990an, masyarakat internasional memerlukan lebih dari satu tahun untuk melakukan intervensi lewat kekuatan udara demi melindungi para rakyat sipil disana.

Selain itu, kita berhasil memenuhi sasaran-sasaran tersebut sesuai dengan janji yang saya berikan kepada rakyat Amerika sebelum dimulainya operasi-operasi militer kita. Saat itu saya berjanji bahwa Amerika hanya akan mengambil peranan yang terbatas; bahwa kita tidak akan mengirimkan pasukan darat ke Libya; bahwa kita hanya akan memfokuskan diri untuk menggunakan kemampuan-kemampuan unik kita pada awal operasi dan kemudian akan mentransfer tanggungjawab kepemimpinan pada sekutu dan mitra kita. Malam ini, kita sudah memenuhi janji tersebut.

Aliansi paling efektif yang kita miliki, NATO, telah mengambil komando atas dijalankannya embargo senjata dan Zona Larangan terbang. Kemarin malam, NATO telah mengambil keputusan untuk mengambil tanggungjawab lainnya yaitu untuk melindungi rakyat sipil Libya. Transisi komando dari AS ke NATO ini akan dilakukan pada hari Rabu. Untuk ke depannya, kepemimpinan dalam menegakan Zona Larangan Terbang dan melindungi rakyat-rakyat sipil akan berpindah ke para sekutu dan mitra kita, saya yakin bahwa koalisi kita akan dapat terus menekan sisa-sisa kekuatan Qadhafi. Untuk itu, Amerika Serikat akan mengambil peranan pendukung – termasuk dukungan dalam bidang intelijen, logistik, bantuan pencarian dan penyelamatan (SAR), dan dalam memblokir komunikasi Rezim Qadhafi. Dengan transisi ke sebuah koalisi dibawah NATO ini, resiko dan biaya yang kita tanggung – baik oleh militer kita, maupun oleh para pembayar pajak di AS – bisa dikurangi secara signifikan.

Maka, bagi mereka yang meragukan kemampuan kita dalam menjalankan operasi ini, saya ingin jelaskan: Amerika Serikat melakukan apa yang telah diucapkan.

Kita tidak mengatakan bahwa pekerjaan kita telah selesai. Di samping tanggung jawab kita sebagai anggota NATO, kita akan bekerja bersama komunitas internasional untuk memberikan bantuan kepada rakyat Libya, berupa bantuan pangan bagi mereka yang kelaparan dan bantuan medis bagi mereka yang terluka. Kita akan menyisihkan lebih dari 33 milyar dolar yang berasal dari aset rezim Khadafy yang dibekukan sehingga dapat digunakan untuk membangun kembali Libya. Lagipula, uang itu bukanlah milik Qadhafi atau milik kita, melainkan milik rakyat Libya dan kita akan memastikan bahwa mereka akan menerimanya.

Besok, Menteri Luar Negeri Clinton akan berangkat ke London untuk menemui pihak oposisi Libya dan berkonsultasi dengan lebih dari tiga puluh negara. Pembicaraan ini akan berfokus pada upaya politik yang diperlukan untuk menekan Khadafy, seraya mendukung transisi menuju masa depan yang pantas diraih rakyat Libya. Karena misi militer kita terfokus pada upaya penyelematan jiwa, kita akan terus berusaha meraih tujuan yang lebih luas, yaitu Libya yang bukan dimiliki oleh seorang diktator, tetapi oleh rakyatnya.

Meski upaya kita dalam sepekan ini terbilang berhasil, saya tahu bahwa sebagian warga Amerika terus bertanya-tanya mengenai upaya kita di Libya. Qadhafi belum juga turun dari kekuasaannya, dan hingga ia benar-benar turun, Libya akan tetap berbahaya. Selain itu, bahkan setelah Qadhafi turun nanti, empat puluh tahun kekuasaan tirani telah memporak-porandakan Libya dan tidak meninggalkan lembaga sipil yang kuat. Transisi menuju pemerintahan yang sah dan bertanggung jawab terhadap rakyat Libya akan menjadi tugas yang berat. Di samping Amerika Serikat yang akan menjalankan perannya untuk membantu, ini akan menjadi tugas komunitas internasional dan, lebih penting lagi, tugas rakyat Libya sendiri.

Kenyataannya, kebanyakan perdebatan tentang Libya di kalangan pemerintahan di Washington telah menjadi buah simalakama. Di satu sisi, sebagian mempertanyakan mengapa Amerika harus melakukan intervensi – meski secara terbatas – ke negeri nun jauh di sana. Mereka berdalih bahwa masih banyak tempat di dunia ini yang warga sipil tak bersalahnya harus menghadapi kekerasan dari pemerintah dan Amerika tidak seharusnya diharapkan untuk menjadi polisi dunia, terlebih lagi ketika kita memiliki banyak sekali permasalahan pelik di dalam negeri.

Benar bahwa Amerika tidak bisa menggunakan kekuatan militer tiap kali ada represi. Dengan adanya biaya dan risiko sebuah intervensi, kita harus selalu mengukur kepentingan kita sebelum suatu tindakan perlu dilakukan. Namun, hal itu tidak dapat menjadi argumen untuk tidak pernah bertindak atas nama kebenaran. Khusus di negara ini, Libya, khusus pada momen ini, kita dihadapkan pada potensi kekerasan yang luar biasa. Kita memiliki kemampuan unik untuk menghentikan kekerasan tersebut: amanat internasional untuk melakukan sebuah tindakan, koalisi luas yang dipersiapkan untuk bergabung bersama kita, dukungan dari negara Arab, dan permohonan bantuan dari rakyat Libya sendiri. Kita juga mempunyai kemampuan untuk menghentikan pasukan Qadhafi tanpa mengerahkan pasukan Amerika ke darat.

Mengabaikan tanggung jawab Amerika sebagai pemimpin dan – lebih dalam lagi – tanggung jawab kita terhadap sesama manusia dalam situasi ini merupakan suatu pengkhianatan terhadap jati diri kita. Sebagian negara mungkin bisa saja tutup mata terhadap kekacauan yang terjadi di negara lain. Namun, Amerika Serikat itu berbeda. Sebagai Presiden, saya menolak untuk menunggu hingga adegan-adegan pembantaian dan kuburan massal terjadi sebelum mengambil tindakan.

Selanjutnya, Amerika memiliki kepentingan strategis dalam mencegah Qadhafi dari mengalahkan mereka yang menentangnya. Pembantaian akan menyebabkan tambahan pengungsi yang menyeberang dari perbatasan Libya, yang memberikan ketegangan luar biasa terhadap transisi nan damai, namun rapuh, di Mesir dan Tunisia. Dorongan-dorongan demokrasi di seluruh kawasan akan terbenam oleh kegelapan kediktatoran ketika para pemimpin bertangan besi menggunakan kekerasan sebagai strategi terbaik untuk mempertahankan kekuasaan. Keputusan Dewan Keamanan PBB akan terlihat tak bermakna dan merusak kredibilitas PBB di masa depan dalam menegakkan perdamaian dan keamanan dunia. Karena itu, meski saya tidak akan pernah meminimalisasi biaya yang diperlukan dalam tindakan militer, saya yakin bahwa kegagalan dalam bertindak di Libya dapat membuat Amerika harus membayar harga yang jauh lebih mahal.

Kini, tepat pada saat ada yang menentang intervensi di Libya, ada pula yang menyarankan agar kita memperluas misi militer kita menjadi lebih dari upaya melindungi rakyat Libya dan agar kita melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjatuhkan Qadhafi dan membawa pemerintahan baru.

Tentu saja, tak diragukan lagi bahwa Libya – dan dunia – akan menjadi lebih baik dengan turunnya Qadhafi. Saya, bersama dengan banyak pemimpin dunia lainnya, telah memasukkan tujuan itu dan akan terus berupaya secara aktif untuk meraihnya dengan cara-cara non-militer. Namun, memperluas misi militer dengan melakukan perubahan rezim adalah suatu kesalahan.

Tugas yang saya berikan kepada pasukan kita – untuk melindungi rakyat Libya dari bahaya langsung dan untuk menerapkan Zona Larangan Terbang – turut membawa serta amanat PBB dan dukungan internasional. Hal ini juga yang diminta oleh kaum oposisi Libya. Bila kita mencoba untuk menggulingkan Qadhafi dengan kekuatan, koalisi kita akan terbelah. Kita sepertinya cenderung harus mengerahkan pasukan AS di darat atau berisiko membunuh banyak warga sipil dengan serangan udara. Bahaya yang dihadapi oleh para prajurit kita, pria dan wanita, akan jauh lebih besar. Akan jauh lebih besar pula biaya dan beban tanggung jawab kita terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya.

Terus terang, kita memutuskan untuk berada di Irak. Berkat pengorbanan luar biasa dari pasukan kita dan tekad kuat dari para diplomat kita, kita penuh harap akan masa depan Irak. Akan tetapi, perubahan rezim di sana memakan waktu 8 tahun, mengorbankan ribuan nyawa bangsa Amerika dan bangsa Irak, serta menghabiskan hampir satu triliun dolar. Ini tidak boleh terulang lagi di Libya.

Walau sejumlah besar upaya militer kita berkurang, apa yang bisa kita lakukan – dan akan kita lakukan – adalah mendukung aspirasi rakyat Libya. Kita telah melakukan intervensi untuk menghentikan pembantaian, menangkal perpanjangan tangan rezim, memotong pasokan keuangan, membantu oposisi, dan bekerja dengan negara lain untuk mempercepat Qadhafi turun dari kekuasaannya. Mungkin tidak akan terjadi hanya dalam satu malam mengingat Qadhafi meskipun kekuatannya sangat lemah tapi berusaha mati-matian untuk tetap bertahan dalam kekuasaan. Tetapi harus jelas bagi orang di sekitarnya, dan untuk setiap rakyat Libya, sejarah tidak berpihak pada Qadhafi. Dengan waktu dan ruang yang kami sediakan untuk rakyat Libya, mereka dapat menentukan nasib mereka sendiri, dan itu sudah seharusnya.

Ijinkan saya menutup pidato ini dengan mengutarakan tentang kekuatan militer Amerika, dan kepemimpinan Amerika yang lebih luas di dunia, di bawah kepemimpinan saya sebagai presiden.

Sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata, saya tidak memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi selain menjaga negara ini agar selalu aman. Dan tidak ada keputusan lebih berat lagi ketika harus memutuskan untuk menyebar “laki-laki dan perempuan dalam seragam”. Saya telah membuatnya jelas bahwa saya tidak akan pernah ragu untuk menggunakan militer kita dengan cepat, tegas, dan secara sepihak jika diperlukan, untuk membela rakyat, tanah air kita, sekutu kita, dan kepentingan utama kita. Itu sebabnya kita akan memburu al Qaeda di manapun mereka mencari pijakan. Itulah sebabnya kami terus berjuang di Afghanistan, bahkan kami telah mengakhiri misi tempur di Irak dengan ditariknya dari 100.000 pasukan dari negara itu.

Akan ada sebuah saat, walaupun keselamatan kita tidak secara langsung terancam, tetapi bahaya mengancam kepentingan kita dan nilai-nilai kita. Kadang-kadang, perjalanan sejarah menimbulkan tantangan yang mengancam kemanusiaan dan keamanan bersama – misalnya merespon bencana alam, atau mencegah genosida dan menjaga perdamaian; menjamin keamanan regional, dan mempertahankan aliran perdagangan. Ini mungkin bukan hanya masalah bagi Amerika saja, tetapi hal tersebut penting bagi kita dan masalah tersebut perlu untuk dipecahkan. Dalam keadaan sperti ini, kita tahu bahwa Amerika Serikat, sebagai bangsa dunia yang paling kuat, akan sering dipanggil untuk membantu.

Dalam kasus tersebut, kita tidak perlu takut untuk bertindak - tetapi beban seharusnya tidak dipikul oleh Amerika sendiri. Seperti yang telah kita lakukan di Libya, tugas kita adalah untuk memobilisasi masyarakat internasional untuk aksi kolektif. Karena adanya tuntutan dari beberapa pihak, kepemimpinan Amerika tidak berjalan sendiri dan menanggung semua beban. Kepemimpinan yang nyata menciptakan kondisi dan koalisi untuk orang untuk peningkatan; untuk bekerjasama sekutu dan mitra, sehingga mereka juga menanggung beban dan berbagi dalam pembiayaan, serta untuk melihat bahwa prinsip-prinsip keadilan dan martabat manusia dijunjung oleh semua.

Jenis kepemimpinan ini telah kami tunjukkan dalam hal Libya. Tentu saja, meskipun kita bertindak sebagai bagian dari koalisi, risiko setiap aksi militer akan tetap tinggi. Resiko itu kita sadari ketika salah satu pesawat mengalami kerusakan di atas udara Libya. Namun ketika salah satu penerbang kita diterjunkan ke tanah, di negara yang pemimpinnya begitu sering mengatakan setan AS - di wilayah yang memiliki hubungan sejarah yang sulit dengan negara kita - Amerika ini tidak menemukan musuh. Sebaliknya, dia disambut oleh orang-orang yang memeluknya. Seorang pemuda Libya datang membantunya dan berkata, "Kami adalah teman Anda. Kami sangat berterima kasih kepada orang-orang yang melindungi langit. "

Suara ini datang dari datu dari sekain banyak daerah di mana generasi baru menolak pengabaian hak-hak dan kesempatan. Ya, perubahan ini akan membuat dunia lebih rumit untuk sementara waktu. Kemajuan akan merata, dan perubahan akan di berbagai negara. Ada tempat-tempat, seperti Mesir, di mana perubahan ini akan menginspirasi kami dan meningkatkan harapan kami. Dan kemudian akan ada tempat, seperti Iran, di mana perubahan keras ditekan. Kekuatan gelap konflik sipil dan perang sektarian harus dihindari, dan kekhawatiran politik dan ekonomi yang sulit harus diatasi.

Amerika Serikat tidak akan dapat menentukan langkah dan cakupan perubahan ini. Hanya orang-orang di wilayah tersebut saja yang bisa melakukan itu. Tetapi kita bisa membuat perubahan.

Saya percaya bahwa gerakan perubahan tidak bisa berbalik kembali, dan kita harus berdiri di samping mereka yang percaya pada prinsip-prinsip yang sama dengan kita, dan yang telah membimbing kita melalui banyak badai: penolakan untuk kekerasan yang ditujukan pada orang-orang sendiri,dukungan untuk hak asasi yang universal, termasuk kebebasan bagi masyarakat untuk mengekspresikan diri mereka dan memilih pemimpin mereka, kami mendukung pemerintah yang responsif terhadap aspirasi rakyat.

Lahir, seperti kita, dari revolusi oleh mereka yang rindu untuk bebas, kami menyambut fakta bahwa sejarah bergerak di Timur Tengah dan Afrika Utara, dan orang muda yang memimpin. Karena dimanapun orang ingin bebas, mereka akan menemukan teman di Amerika Serikat. Pada akhirnya, keyakinan - cita-cita - yang merupakan ukuran sebenarnya dari kepemimpinan Amerika.

Temanku rakyat Amerika, saya tahu bahwa pada saat pergolakan luar negeri - ketika berita dipenuhi dengan perubahan dan konflik – ada sebuah godaan untuk memalingkan muka dari apa yang terjadi di dunia. Dan seperti yang saya katakan sebelumnya, kekuatan kami yang “berlabuh” di luar negeri adalah kekuatan kami di sini, di rumah. Itu harus selalu menjadi Bintang Utara kita - kemampuan masyarakat kita untuk mencapai potensi, untuk membuat pilihan yang bijak dengan sumber daya kita, untuk memperbesar kemakmuran yang berfungsi sebagai mata air untuk kekuatan kita, dan untuk hidup nilai-nilai yang kita pegang.

Tapi mari kita juga mengingat bahwa selama beberapa generasi, kita telah bekerja keras untuk melindungi bangsa kita sendiri, serta jutaan orang di seluruh dunia. Kita melakukannya karena kita tahu bahwa masa depan kita sendiri lebih aman, masa depan yang lebih terang benderang, akan banyak lagi manusia yang hidup dengan cahaya terang kebebasan dan martabat. Malam ini, marilah kita bersyukur atas Amerika yang melayani hari-hari yang berat, dan koalisi yang membawa usaha kita ke depan. Dan marilah kita melihat ke masa depan dengan percaya diri dan berharap tidak hanya untuk negara kita sendiri, tetapi untuk mereka yang merindukan kebebasan di seluruh dunia.

Terima kasih. Tuhan memberkati Anda, dan semoga Tuhan memberkati Amerika Serikat. Terima kasih."

Lapis Legit Dosa Amerika

Mengejutkan tentunya pusat dan sumber inspirasi dunia pluralis, Amerika Serikat, sebenarnya negara musang berbulu ayam. Karena satu sisi gembar gembor tentang Ham dan satu sisi berwajah vampire, menghisap darah korbannya, dan kemudian membantai tanpa belas kasih, pada musuh bebuyutannya.

Amerika serikat, merupakan negara serikat paling besar di dunia, memimpin negara negara bagian yang ada di benua itu , dengan corak ragam manusia migran yang datang dari sudut sudut dunia, tidak saja menjadi sumber impian negara negara ketiga, yang terkadang lata dengan kemajuan amerika. Mengesenkan Amerika adalah sebuah peradaban manusia maju dan modern, tetapi sebenarnya lebih identik dengan kemajuan secular, tanpa nilai kemanusian yang memadai.

Profil Amerika itu adalah pendatang, merusak benua bangsa Indian yang tinggal di Amerika sejak benua itu ada, mencerminkan penduduk pendatang yang didominasi orang orang eropa dan sejenisnya, memang berwatak penjajah, meskipun dalam satu sisi mendemontrasikan kemajuan di bidang sains dan tekhnologi, tak lebih dari sebuah pijakan angkara Amerika migran menguasai dunia. Hal itu juga merupakan dendam lama dari sebuah sejarah Yahudi masa lampau. Eropa, Inggris dan negara negara berkulit putih lainnya, merupakan tetesan Yahudi yang berjuang untuk tegakknya " Yahudi Raya"

Sebab Amerika Serikat adalah negara super power yang ompong berhadapan dengan rasis Yahudi yang menguasai kekuatan di Amerika, bahkan sangat tergantung dengan induknya, Israel dalam pengambilan sikap, menyerang negara negara di dunia. Amerika serikat di dekte oleh yahudi, tidak bisa terlepas dari cengkraman dan kepentingan Yahudi, akibatnya amerika adalah Yahudi, Yahudi adalah amerika, kiatnya sama, melakukan genosida, disamping melakukan Yahudinisasi terhadap dunia.

"Lobi Israel di Amerika sudah barang tentu berbicara dengan Washington dan membantu Washington membuat keputusan tentang negara mana yang harus mengalami intervensi internasional dan mana yang tidak perlu," kata Sarah Marusek dalam sebuah wawancara dengan Press TV di Selasa lalu. Ini standar Amerika, hanya dapat menerima pengaduan dan saran Israel, karena posisi Israel bagi amerika adalah kepentingan bersama. Tentu sama sama tidak dapat menghindar dari kesamaan keinginan yang menjadi target kedua sejoli (Israel dan amerika). Itulah sebabnya pembantaian Israel tidak disebut "membantai" oleh amerika, selama yang melakukan pembantaian itu adalah Israel, tetapi ketika ada negara di luar Israel membunuh atau membantai (apalagi misalnya membunuh warga Israel), maka mereka di klasifikasikan sebagai penjahat Perang. Contohnya Bush dan beberapa pencetus perang Amerika, dikibarkan sebagai pahlawan, meskipun mereka membantai dan membunuh serta merusak negara lain.

Peran PBB yang berpusat di Amerika, dan menerima dana terbesar dari amerika, bisa terancam bubar, kalau negara dan amerika dan sekutunya menarik dana dan fasilitas PBB, lalu mana mungkin PBB bisa berbuat adil terhadap dunia. Resolusi resolusi PBB akan selalu menyanangkan Amerika dan sekutunya, di samping menjamin kekejaman Amerika dan sekutunya terus berlangsung.

Seperti Intervensi Amerika dan sekutunya di Libya, merupakan bentuk tindakan standar gandaAmerika terhadap kedaulatan negara orang lain. Itu tentunya bagian lain dari tindakan tindakan Amerika sejak munculnya negara "Amerika Serikat" yang selalu menebus penggulingan negara orang lain dengan pembangunan Amerika yang dilandasi oleh kepentingan Amerika serikat di negara jajahannya itu.

Dekte Zionis terhadap amerika: Rezim mana yang harus di gulingkan, itu selalu disarankan Israel, termasuk Libya sekarang, merupakan aksi Israel sebenarnya melumpuhkan negara negara yang dianggap membahayakan Israel. Tetapi ketika Amerika tidak bisa bertahan dengan keinginan rakyat seperti di Mesir, maka Amerika serikat akan selalu melakukan banyak loby, guna menyalamat Israel dari pengganti Penguasa Mesir yang akan datang.

Yahudinisasi, tidak sekedar mengganti penduduk dunia dengan wajah yahudi, tetapi juga menggeser keinginan bangsa selain Yahudi, selalu seirama dengan Yahudi, sekalipun harus melakukan genosida terhadap bangsa lain. Karena Amerika dan sekutunya menepis: tak akan nada yang menyebut itu genoside, selain dilandasi rekomondasi PBB, juga berdalih itu "Pembelaan".

Konspirasi Asing di timur tengah, menyatu dengan keinginan oposisi, merupakan tindakan Amerika dan Israel, guna melebarkan sayap dan pengaruh Israel di timur tengah. Mengapa tidak Israel di goncang Prahara dan demo, mengapa non Israel yang di buru dan di luluh lantakkan dengan demo demo anti kekuasaan rezim lama. Itu bukan sebuah kebetulan, terjadi begitu saja, tanpa angin. Tetapi menurut scenario dari sebuah kegelisahan yahudi yang di tampakkan lewat aksi aksi freemason, melumpuhkan dan mengaduk ngaduk kemanan negara negara yang menjadi targetnya.

Bangsa arab mestinya segera mengalihkan Isu serangan Amerika ke Libya itu sebagai sebuah kebiadaban negara asing terhadap negara berdaulat, tidak kemudian menyesal setelah terjadi. Mestinya Timur Tengah tak memperhitungkan lagi berapa banyak harus hilang kekayaan, tetapi harus menyatu dalam serikat menentang kehadiran tentara Asing di Timur tengah. Pan Arabis itu harus ada guna menghancurkan campur tangan asing yang keji mengobok ngobok dunia. Mengapa Amerika dan Yahudi harus tega mengobok negara negara timur tengah, karena Amerika dan sekutunya di ambang kemiskinan, sehingga harus eksplorasi kekayaan di timur tengah dengan cara licik dan tidak terhormat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun