Sebesar apakah aku mencintaimu.Â
Lalu kemudian aku akan menjawabÂ
Sebesar-besarnya.Â
Setinggi langit?Â
Sebesar bumi?Â
Katamu kemudian Â
Emm aku tak bisa menjawab,Â
Bagiku mereka tak mewakilinya.
Tuan, sebenarnya selalu banyak yang ingin aku katakan
Tapi kata-kata hanya sampai di pikiran
Serupa angan-angan
Aku ingin kau tahu,
Aku tak suka kau menghilang tanpa kabar,
Aku gila saat kau pergi begitu saja.
Haruskah aku menyimpan jutaan rindu dilipatan mata,?
Sementara kakimu tak lelah memeluk langkah, hingga melupa ada rumah yang tak hanya menanti kau untuk singgah, tapi ia menunggumu pulang.
Saat-saat kau kembali datang,
Aku senang bukan kepalang
Kepalaku serupa pasar malam, Rinduku pecah
Tapi lain halnya dengan perutku, karena ribuan kupu-kupu yang telah mati selama kau pergi, hidup lagi.
Aku bisa merasakan mereka berterbangan dengan riang di dalam perutku dan menarik-narik otot di dalamnya, membuat mataku tertarik ke belakang dan membuat jantungku berdetak tak karuan.
Aku menyukai tawamu yang berderai,
Suaramu yang tegas dan cimumanmu yang panas,
Aku suka sekali saat kau bercerita.
Tentang musik, grunge, drum, anime, games serta tentang tugas kuliahmu yang akhir-akhir ini selalu kau keluhkan tak kunjung habis.
Aku mendengarkan lagu yang kau putar.
Aku ikut memamainkan game yang kau suka.
Ah aku bahagia,
Kau tahu ,tuan?
Aku seperti menemukan duniaku dalam duniamu.
Dan aku mengenal langit lewat sosokmu.
Lalu kenapa cintaku tak Sebesar bumi?
Tak setinggi langit ?
Karena aku mencintaimu seluas semesta,
Bahkan meliputi ruang dan waktu.
Maka jika semestaku pergi,
Yang tersisa hanyalah ketiadaan.