"Aku ingin ke utara," jawabmu.
"Kalau aku, ada yang ingin aku kerjakan di selatan," aku juga memberi keterangan.
Lalu kita merencanakan sebuah pertemuan.
Ah, kurasa bukan begitu.
Begini. Kita bertatap muka dalam sebuah pertemuan agak serius. Cuaca terasa dingin. Gerimis sejak pagi tadi, masih ada sisanya sore ini. Ada bangku taman dari kayu agak basah. Kau mengelapnya dengan tisu.
"Jadi, apa maksudmu sebenarnya?" tanyamu.
"Aku, aku ingin kamu menjadi kekasihku?" jawabku.
"Kekasih?"
"Ya. Kutunggu jawabanmu dalam seminggu ini."
"Tak perlu. Akan kujawab sekarang." Kamu menatapku.
Aku menunggu, berdebar.
"Tidak." Akhirnya.
Aku terkejut. "Tidak?" Tiba-tiba dadaku menjadi sesak.
"Aku tidak suka menjadi kekasihmu. Tapi kalau menjadi istrimu, aku mau." Kamu tersenyum.
Aku lega.
"Kapan kita menikah?"
"Secepatnya."
"Setuju. Soal biaya kita jangan melibatkan orang tua. Kita semua yang menanggungnya."
"Oke."
"Biar aku menanggung 70%, kamu 30%."
"Tidak. 50 - 50."
Aku setuju.
***
Selesai sudah cerpen akhir tahun. Karena semua ingin mempersiapkan acara tahun baru, sengaja cerpen ini singkat saja. Cuma aku masih bingung, siapa menjadi tokoh "Aku", dan siapa pula yang menjadi tokoh "Kamu". Kamu mau menjadi tokohnya?
***
Lebakwana, 31 Desember 2024.