Satu hari menjelang sore, saya menumpang bis kota menuju kantor. Sampai di sekitar stasiun Cawang, segerombol anak muda tanggung (ABG) berbaju oranye melambai-lambaikan bendera, ada yang menunjuk-nunjuk, memberi isyarat mereka mau menumpang bis kami. Pak Supir beserta 'ABK'-nya tak punya pilihan lain, meski malas dan ogah ia menghentikan juga bisnya. Memberi kesempatan segerombol anak muda itu naik. Bis yang mulanya lengang dan tenang langsung jadi sesak. Suasana yg awalnya biasa-biasa saja menjadi tak nyaman dan tegang. Penumpang ambil posisi masing-masing, mengambil sikap pertahanan yg paling mungkin. Memastikan dompet, tas, ponsel, barang berharga semua aman. Sore itu ternyata Persija akan bertanding di Gelora Bung Karno. Saya lupa melawan tim mana. Tapi yang jelas, setiap kali pertandingan Persija, Jakarta seperti Siaga 1. Di Twitter dan media sosial lainnya ramai-ramai memberi pengumuman bahwa The Jack sedang bertanding, warga diharap hati-hati dan menghindari rute-rute tertentu. Selain macet, juga berjaga dari hal yg tidak-tidak. Dan tiba-tiba saya sudah di dalam kerumunan anak muda tadi. Mereka, saya lihat, rata-rata berwajah baik. Ada yang masih pakai celana dan berselempang tas sekolah. Mereka pun kelihatannya juga membayar ongkos bis, meski beberapa sepertinya tidak. Tapi bersama-sama seperti itu, dengan warna kaos yang sama, dg 'semangat' yang sama, mereka tidak lagi bisa dianggap enteng. Entah mengapa, wajah-wajah polos mereka tiba-tiba seperti mendenguskan kebengisan. Ibaratnya, kalau pun saya dulu pernah latihan silat sampai sabuk merah plus takwondo dan kungfu, kalau harus berhadapan dengan acaman fisik ABG-ABG itu, saya mending berdamai saja. Atau melipir pergi. Tidak usah cari gara-gara. Terbayanglah berita-berita di media tentang kerusuhan akibat ulah supporter kesebelasan. Menang tak menang, seri, tetap saja bikin ngeri. Mengancam apapun yang dilewati. Seperti banteng, tak penting di depannya seorang matador atau kakek-kakek sedang kehilangan kacamatanya, dua-duanya bisa celaka akibat ulah supporter.
KEMBALI KE ARTIKEL